Mohon tunggu...
Deden Deden El-Razy
Deden Deden El-Razy Mohon Tunggu... -

Goreskan ide dan pemikiranmu sebelum busuk dikepalamu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sentral Pemberdayaan Ummat

19 Januari 2011   16:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:23 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dan mereka yang memperolah Nur Illahi mengingat nama Alloh di mesjid-mesjid yang disitu Alloh mengizinkan untuk disebut dan dimuliakan nama Nya, di dalam mesjid-mesjid tersebut mereka bertasbih memuji Nya di waktu pagi dan petang. (QS: An Nur – ayat 36)

Posisi mesjid sangat sentral dalam kehidupan kaum Muslimin. Mesjid harus mampu memberdayakan umat agar lebih sejahtera. Idealnya, kehadiran sebuah mesjid harus bisa meningkatkan kualitas ritual ibadah dan meningkatkan potensi ibadah muamalah. Ketua Wilayah Dewan Mesjid Indonesia (DMI) Jawa Barat, HR Maulani mengatakan ''Mesjid harus menjadi tempat jihad sosial, sebab misi mesjid bukan hanya hayyaa'lasholah, tetapi juga hayya'alalfalah,'' Sebagaimana makna harfiahnya. Ismail Raji Al-Faruqi, pakar kebudayaan Islam asal Palestina, mencatat, sejak zaman Nabi Muhammad, 14 abad silam, mesjid punya ragam. Tidak hanya tempat ritual murni (ibadah mahdah): seperti sholat dan iktikaf. Kompleks mesjid juga bisa menjadi pusat pemerintahan, markas militer, sentral pendidikan, bahkan ruang tawanan perang. Pada zaman khulafaur Rasyidin, Umar bin Khattab menggunakan Mesjid Nabawi sebagai tempat ibadah dan pusat pemerintahan. Di bangunan yang tiangnya dari kayu kurma itulah ia mengatur strategi perluasan wilayah, sekaligus mendengarkan gejolak masyarakat. Sekarang di berbagai pojok Mesjid Nabawi terlihat kelompok remaja belajar membaca Al-Quran, atau kelompok diskusi Graduate and Post Graduate Students dari King Abdul Aziz University dan perguruan tinggi lainnya. Walaupun dengan intensitas yang berbeda, kegiatan serupa terlihat pula di Mesjidil Haram, Mekkah.

Ilustrasi di atas memperlihatkan betapa mesjid berperan selain sebagai tempat beribadah dan berzikir memuji asma Alloh, juga merupakan tempat dimana keputusan penting diambil; dimana diskusi ilmiah tentang masalah masyarakat dan pendidikan dilakukan. Hampir seluruh aspek penghidupan bermasyarakat kaum Muslimin ditangani dari mesjid. Mesjid merupakan community center, pusat penanggulangan krisis yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Pakar tafsir terkemuka Indonesia, M. Quraish Shihab, merangkum minimal ada sepuluh fungsi Mesjid pada periode awal sejarah Islam. Kesepuluh Fungsi tersebut adalah sebagai berikut: (1) ibadah; (2) pendidikan; (3) santunan sosial; (4) menawan tahanan; (5) pengobatan para korban perang; (6) aula dan tempat menerima tamu; (7) perdamaian dan pengadilan sengketa; (8) pusat penerangan dan pembelaan Islam; (9) latihan militer dan persiapan peralatannya; dan (10) komunikasi dan konsultasi soal ekonomi-sosial-budaya.

Makmurkan Mesjid

Setiap Takmir Mesjid atau Pengurus Mesjid selalu berkeinginan agar Mesjid yang dikelolanya dapat menjadi Mesjid yang Makmur. Salah satu caranya adalah sebagaimana ajakan Dr. Mohammad Natsir, Mantan Perdana Menteri RI yang pertama. Kata beliau, “Kembalilah ke Mesjid. Mesjid tempat kita kembali dan Mesjid tempat kita bertolak…”.

Ajakan pendiri Mantan Perdana Menteri RI tersebut disambut hangat oleh Drs. H.Toto Tasmara sebagai aktivis pemuda Mesjid dengan mengutarakan penegasan bahwa. “Jangan jadikan Mesjid sepi dari aktifitas, tetapi jadikanlah Mesjid sebagai pelabuhan hati ummat Islam yang cinta kepada Rabb-nya”.

“Negeri sejuta mesjid”, itulah sebutan bagi Indonesia. Wajar memang. Berdasarkan data Departemen Agama, pada 1998 terdapat 619.000 mesjid, langgar, dan mushola. Meningkat sekitar 140.000 dibandingkan dengan 1981. Meski negara kita masih dilanda bermacam-macam krisis, pembangunan “tempat bersujud” tak pernah surut. Mesjid semakin mudah dijumpai di mana saja. Namun, bagaimana pemberdayaan mesjid di Indonesia saat ini? Sudahkah mesjid diberdayakan tidak sebatas tempat bersujud dan ritual keagamaan belaka?

Era kini, mesjid seyogianya dikelola secara profesional. Diversifikasi fungsinya sangat potensial dilakukan. Mulai pusat ibadah sampai pengelolaan untuk maslahat umat. Mesjid seyogianya bisa menjadi lembaga dakwah plus sarana pengembangan ekonomi. Namun tetap, fungsi utamanya sebagai tempat beribadah jangan sampai terganggu.

Pemberdayaan umat kini sudah semestinya dilakukan dengan cara dari bawah ke atas atau bottom up. Ini merupakan pemberdayaan yang dilakukan atas dasar kesadaran yang tumbuh di dalam masyarakat sendiri. Sekjen Dewan Mesjid Indonesia (DMI), Natsir Zubaidi, menyatakan pemberdayaan seperti itu bisa dilakukan dengan baik melalui mesjid. Jika potensi ini mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, jelas Natsir, mesjid bukan saja menjadi sebagai tempat ibadah, membaca Alquran, dan acara pengajian. Mesjid, jelas Natsir, bisa dijadikan sebagai pusat pengembangan kegiatan sosial dan budaya, pemberdayaan ekonomi, pusat kesehatan, dan pusat pendidikan. Menurut Natsir, ia yakin jika mesjid benar-benar mampu menjadi pusat pemberdayaan umat maka masyarakat akan menuai hasil positif. "Sebab, Rasulullah Muhammad SAW telah mengajarkan untuk menjadikan mesjid sebagai pusat kegiatan, pusat kebudayaan, dan pemberdayaan umat," katanya.

KH Masdar Farid Mas’udi, salah seorang Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengungkapkan, “Pemberdayaan ini memiliki manfaat ganda. Pertama, kita bisa memberdayakan masyarakat sekaligus membentengi religiusitas dalam masyarakat. Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat itu selalu memiliki konteks religius yang kuat dan mesjid bisa menjadi sentra kegiatan masyarakat,”

Untuk itu diperlukan manajemen Mesjid yang mengatur minimal tiga fungsi. Pertama, Idarah Mesjid, yaitu kegiatan yang fungsi dan perannya menyangkut keorganisasian Mesjid. Kedua, Imarah Mesjid, yaitu fungsi dan peran kegiatan yang menyangkut upaya memakmurkan Mesjid dengan pelaksanaan ibadah terutama shalat berjamaah di Mesjid, dakwah dan syiar Islam dalam pengertian luas. Ketiga, Ri’ayah Mesjid, yaitu pemeliharaan fisik Mesjid baik dari segi bangunan, keindahan, ketertiban dan kebersihan.

Rasulullah SAW mengingatkan bahwa engkau lebih mengetahui tentang duniamu dan cukup kepada Allohlah engkau minta pertolongan. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita menuntut kita berfikir dan menyesuaikan pekerjaan dengan garis yang diridhoi Alloh. Sedangkan aplikasinya tergantung kepada kita, sesuai dengan ilmu yang kita miliki dan niat yang telah kita tentukan sebelumnya.

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu. Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka setelah selesai (dari suatu urusan), kerja keraslah untuk menyelesaikan (urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Alam Nasrah – ayat 1 – 8 )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun