tradisi potong kepala.
Adapun batu setinggi dua meter tersebut disyaratkan karena setiap
wilayah di Nias selalu memasang benteng berupa pagar. Baik itu pagar batu, pagar kayu, atau
pagar bambu. Jadi jika laki-laki yang ikut tradisi potong kepala tidak lolos sewaktu lompat
batu, maka tentu saja ia juga tidak akan selamat sewaktu memasuki wilayah lain. Mengapa
olahraga lompat batu disebut sebagai ritual? Karena sebelum pelaksanannya, terdapat ritual
memohon restu kepada leluluhur.
Jadi, kemampuan anak laki-laki melompati tumpukan batu
sebenarnya juga tergantung restu dari leluhur. Saat ini lompat batu sudah tidak menjadi syarat
kedewasaan laki-laki lagi. Para pemuda Nias hanya menjadikannya sebagai permainan uji
nyali. Anak laki-laki yang sanggup melompatinya tetap dianggap sudah dewasa dan akan