Harimau sering muncul dalam kisah dongeng sebagai Raja Rimba yang memiliki semua atribut kepemimpinan yang penuh kuasa, kuat, berwibawa dan menakutkan. Tubuhnya yang besar, taringnya yang tajam, cakarnya mampu merobek mangsa, aumannya keras serta merupakan penjelajah wilayah yang luas. Dengan semua atribut kepemimpinan tersebut membuat si Raja Rimba dipersonifikasikan dengan sifat sombong dan serakah, namun kenyataannya tidak demikian, kehidupannya di alam sangat terancam karena keserakahan manusia.Â
Si Raja Rimba adalah Sang predator eksotis, hewan bercorak loreng-loreng yang mampu berlari berlari dengan kecepatan hingga 60 km/jam. Cakarnya yang tajam mampu mengoyak mangsanya, suara aumannya yang keras bahkan bisa terdengar sampai jarak 3 kilometer. Apabila melihat hewan yang satu ini selalu sukses bikin merinding.
Si Raja Rimba kini jarang terdengar aumannya. Satwa endemik ini menjadi satu-satunya harimau asli Indonesia yang tersisa, setelah harimau jawa dinyatakan punah pada tahun 1970-an, dan harimau bali pada tahun 1930-an. Satwa dengan nama latin Panthera tigris sumatrae yang dijumpai di pulau Sumatera, sekarang keberadaannya sangat rentan terhadap kepunahan dengan status critically endangered menurut IUCN Red List.
Hilang dan rusaknya habitat si Raja Rimba menyebabkan satwa liar ini terindikasi memiliki perilaku menyimpang. Jika sebelumnya si Raja Rimba ini hidup di tengah hutan yang jauh dari pemukiman, tapi saat ini mereka cenderung mendekat ke wilayah pemukiman warga. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik antara harimau dan manusia jadi semakin meningkat.Â
Harimau Sumatera seringkali menghadapi berbagai ancaman oleh ulah manusia, ancaman paling ekstrim bagi harimau sumatera adalah fragmentasi dan penyusutan hutan yang menjadi habitat bagi satwa ini. Harimau sumatera memiliki wilayah jelajah yang luas. harimau sumatera jantan memiliki wilayah jelajah seluas 110 km2 sedangkan betina membutuhkan wilayah seluas 50-70 km2. Bayangkan saja ketika hutan semakin sempit tentu akan berdampak pada harimau sumatera ketika menjelajah untuk mencari sumber makanan ataupun bereproduksi.Â
Pembukaan hutan akan meningkatkan risiko perjumpaan harimau dengan manusia yang berujung pada perburuan liar dan mengakibatkan konflik antara harimau dan manusia. Selain ancaman habitat, perdagangan liar kian membayangi kehidupan si raja rimba, bagaimana tidak? Nilai ekonomi yang ditawarkan untuk bagian-bagian tubuhnya sangat menggiurkan. Maka, manusia tak bertanggung jawab akan terus mengupayakan berbagai cara untuk mendapatkan harimau-harimau tersebut.Â
Salah satunya ada yang menggunakan jerat, memberi racun ataupun dengan menembaknya ketika harimau masuk ke pemukiman warga. Bagian-bagian tubuh seperti taring, kulit, dan tulang kerap diperjualbelikan di pasar-pasar gelap satwa ilegal. Banyak yang mencarinya karena diyakini sebagai obat-obatan tradisional yang manjur, juga untuk dijadikan perhiasan, jimat dan dekorasi ruangan.
Habitat si Raja Rimba semakin tergerus seiring dengan majunya teknologi dan perkembangan zaman, dikarenakan banyaknya pembangunan seperti pembukaan lahan baru hutan untuk kepentingan industri, perkebunan, pemukiman warga, kepentingan perdagangan, penebangan pohon (illegal logging), kebakaran hutan yang disengaja serta perburuan, yang semua aktivitas tersebut membuat satwa liar ini terancam keberadaannya.
Harimau bukan tipe hewan yang mudah untuk ditemui, biasanya kita hanya dapat mengamati jejak, cakaran di pohon atau kotorannya. Maka, jika habitat harimau terjaga dengan baik, tidak akan timbul konflik antara harimau dan manusia. Ketika sumber pakan di habitat menipis, tentu saja harimau tersebut harus keluar hutan untuk mencari mangsa sebagai sumber pakan.
Lalu apakah harimau sumatera juga akan menyusul kedua saudaranya yang lebih dulu punah? Hal ini bisa saja terjadi jika upaya konservasi tak kunjung dilakukan. Mengingat nasibnya sudah berada di ujung tanduk terhadap ancaman kepunahan di alam, maka upaya konservasi menjadi hal sangat mendesak untuk dilakukan.Â