Mohon tunggu...
Dedeh R
Dedeh R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Magister Manajemen Pemasaran Uniba Serang

Maknai keilmuan dg iman, berprasangka baik dalam setiap keputusanNya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi TKI Purna dari Qatar di Era Pandemi Covid-19

5 Desember 2021   08:38 Diperbarui: 5 Desember 2021   08:48 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil bumi dan sumber daya alam, namun realitanya masih banyak penduduknya yang belum memiliki pekerjaan yang layak, sehinggga menyebabkan ketimpangan ekonomi dimana semakin tinginya angkatan kerja tanpa di sertai jumlah lapangan kerja yang tersedia. Sempitnya lapangan pekerjaan inilah merupakan salah satu faktor tingginya minat orang Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Negara -- negara yang mempunyai hubungan Diplomatik dengan Indonesia seperti Malaysia, Singapura, negara-negara Timur Tengah merupakan tujuan favorit para pencari kerja.Ketersediaan lapangan kerja dan upah yang menjanjikan menjadi daya tarik bagi sebagian besar pencari kerja. Qatar, salah satu negara yang terletak di Timur Tengah merupakan negara muslim terkaya di dunia, jumlah penduduk Qatar sekitar 1,7 juta jiwa. Qatar menduduki posisi nomor satu dengan pendapatan perkapita 129.726 USD atau setara dengan Rp. 1,7 Milyar. Data tersebut dimuat oleh World Bank pada tahun 2017.

Masa pandemi covid -19 telah mempengaruhi stabilitas ekonomi global. Penurunan harga minyak  mentah telah merusak sendi -- sendi perekonomian di negara teluk. Dalam rangka mengurangi penyebaran kasus baru Covid -19, Negara -- Negara Teluk memberlakukan Lock Down yang juga sangat berpengaruh pada kegiatan perekonomian. Pemerintah Qatar meminta entitas dengan memangkas pengeluaran sebesar 30% untuk menopang keuangannya di tengah tekanan dampak pandemi. Mulai 1 Juni 2020, Kementrian keuangan Qatar telah menginstrusikan kementrian Lembaga dan perusahaan bisnis yang didanai oleh negara agar mengurangi biaya bulanan untuk pekerja ekspatriat. Sebagai realisasinya, perusahaan -- perusahaan nasional Qatar memotong dan memberhentikan pekerja asing melalui pemberitahuan  two month notice, pekerja asing di Qatar adalah salah satunya dari Indonesia, banyak TKI yang mengalami pemutusan hubungan kerja sebagi dampak dari kebijakan Pemerintah Qatar.                                                                                                    

Kondisi Sosial Ekonomi TKI Purna Setelah Tidak Bekerja Lagi di Qatar.

            Negara Qatar yang kaya akan cadangan gas dan minyak bumi, serta tingginya pendapatan perkapita penduduknya, sebesar 129.726 USD atau setara dengan Rp. 1,7 Milyar membuat para TKI di qatar hidup berkecukupan dengan berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan seperti tunjangan perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain -- lain. Pada saat TKI tidak bekerja lagi, keluarga mengalami perubahan proses sosial dan ekonomi. Tidak ada lagi fasilitas yang di berikan perusahaan yaitu rumah, kendaraan, biaya Pendidikan dan kesehatan. Keluarga TKI Purna harus mulai menata hidupnya di tanah air di masa pandemi. Hal ini merupakan beban yang sangat berat bagi semua TKI purna. Kehilangan penghasilan utama pada saat masa krisis dan ancaman kesehatan di masa pandemi covid -- 19.

            Para kepala rumah tangga sudah tidak melakukan aktivitas pekerjaan, karena sudah tidak bekerja lagi. Hal ini merupakan stressor yang di rasakan oleh seluruh anggota keluarga. Ada konflik batin dari kepala keluarga yang berubah perannya dari seorang pekerja menjadi tidak bekerja. Terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan sebagai kepala keluarga dengan kenyataan yang terjadi. Para isteri yang tadinya berperan sebagai ibu rumah tangga selama di Qatar, dengan keadaan yang serba berkecukupan, harus turut serta memikirkan bagaimana mencari solusi untuk membantu suami memutar roda perkonomian keluarga. Selama bekerja sebagai TKI di Qatar, sebagian besar kepala keluarga menanggung beban ekonomi keluarga besarnya, kedua orang tua, mertua adik dan sebagainya. Kondisi ini membuat beban moral tersendiri karena saat ini TKI Purna sudah tidak bekerja lagi. 

            Bagi keluarga yang mengalami perubahan peran sosial dan ekonomi di masa pandemi  sangat menjadi beban yang berlipat beratnya, di tengah isu kesehatan Covid -- 19 yang menuntut kewaspadaan dan ancaman kesehatan, bertambah kekhawatiran akan financial security karena hilangnya penghasilan kepala keluarga sebagai pekerja.

            Dampak kehilangan pekerjaan dari kepala keluarga adalah, berkurangnya aktualisasi diri, yang berpengaruh pada tujuan hidup. Ketika kehilangan pekerjaan secara mendadak, kepala keluarga merasa ada bagian dari dirinya yang hilang, sehingga menimbulkan rasa cemas dan kehilangan rasa aman akan kondisi keuangan keluarga.

Strategi Yang Dilakukan TKI Purna Dari Qatar Dalam Aspek Sosial Ekonomi.

            Kondisi sosial ekonomi rumah tangga TKI purna tidak lagi seperti ketika menjadi TKI di Qatar, keadaan perubahan ini merupakan kondisi kritis, yang membuat mereka harus melaksanakan berbagai upaya untuk mengatasi kesulitan -- kesulitan ekonomi yang dihadapi. Suami dan isteri bekerja sama mengembangkan pemikirannya untuk menciptakan suatu hal yang kreatif dan aktif dengan tujuan untuk mengembangkan serta memperluas terhadap potensi yang dimiliknya. Beberapa strategi dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga yaitu :

Pertama. Menekan pengeluaran / biaya hidup. Pada saat masih bekerja sebagai TKI purna dari Qatar memiliki pendapatan yang tinggi keluarga bersifat konsumtif, pada saat masa transisi di awal kepulangan ke Indonesia, para TKI purna kehilangan penghasilan tetap yang biasa diterima tiap bulan yaitu gaji dari perusahaannya di Qatar. Hal yang dilakukan para TKI purna adalah menekan keinginan mengurangi belanja yang sifatnya tersier, membeli sesuatu dengan memperhatikan nilai dan daya guna. Manajemen keuangan keluarga bersifat terbuka antara suami dan istri, serta di terapkan prinsip kesepakatan bersama. Sebagian besar TKI purna memiliki anak usia sekolah yang banyak membutuhkan biaya Pendidikan. Dalam pengeluaran di prioritaskan untuk kebutuhan pokok dan biaya Pendidikan anak, oleh sebab itu strategi yang dilakukan oleh semua TKI purna dalam menekan pengeluaran belanja adalah dengan cara memangkas biaya yang sifatnya bukan urgen. Semua TKI purna dari Qatar mempunyai tabungan sebagai dana taktis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan di saat sudah tidak bekerja lagi. Dana inilah yang dimanfaatkan semua TKI purna memprioritaskan kebutuhan biaya Pendidikan.

Kedua. Membuka wirausaha. Sebagian besar TKI Purna memutuskan untuk berwirausaha. Uang kompensasi (Pesangon) yang diberikan oleh perusahaan, tabungan dan aset yang dimiliki sebagian digunakan untuk modal usaha. Beberapa strategi dalam memulai usaha barang dan jasa yaitu memulai dengan memanfaatkan hubungan kekerabatan. Kegiatan usaha pada awalnya di jalankan oleh keluarga, seiring dengan bertambah berkembangnya usaha mulai merekrut karyawan. Target market awalnya keluarga dan teman dekat, masyarakat sekitar kemudian merambah melalui on line. Wirausaha yang dijalankan sesuai kemapuan modal masing -- masing dan di sesuaikan sesuai kebutuhan / daya beli masyarakat sekitar tempat usaha. Suami dan isteri bahu membahu menciptakan peluang usaha dengan mengeksplore bakat dan kemampuan masing -- masing, misalnya ketika isteri berbakat dalam memasak, maka usaha yang dirintis dibidang kuliner ( Resto, Cafe, Cofee shop). Selain itu, bagi kepala keluarga mempuyai modal besar, maka diputuskan untuk membuka usaha di bidang properti ( menyewakan Ruko, rumah, kost) dan kontraktor. TKI purna yang daerah kampung halamannya lokasi perkebunan, maka usaha yang dikembangkan adalah usaha perkebunan sawit dan peternakan. Hasil analisa bahwa di saat pandemi, daya beli masyarakat akan kebutuhan pokok lebih stabil di banding produk barang jenis lain, maka ada yang memutuskan untuk membuka grosir sembako, dan minimarket. Berbagai usaha tersebut ada yang sudah dimulai sejak TKI masih bekerja aktif, pada saat purna lebih digiatkan dan dikelola sendiri, seperti usaha jual beli  emas dan ada pula yang usahanya dimulai sejak tidak bekerja lagi sebagai TKI.

Ketiga. Memperbanyak asset produktif. Para TKI purna mengumpulkan asset produktif dengan tujuan bisa bermanfaat di masa sekarang dan masa yang akan datang. Asset produktif ini didapatkan oleh para TKI purna pada saat masih bekerja sebagai TKI dengan cara melakukan manajemen keuangan keluarga, mengelolah income atau pendapatan tiap bulan yang sifatnya rutin maupun penerimaan insedentil (intermeten) dan pengeluaran rutin tiap bulan serta pengeluaran insedentil. Ketika terdapat kelebihan dana, digunakan untuk investasi membeli asset produktif sebagai deposito diri dimasa yang akan datang atau masa purna setelah tidak bekerja lagi. Memajemen keuangan keluarga merupakan hal yang penting, karena keuangan keluarga harus membawa manfaat untuk menciptakan keluarga yang sejahtera yang tercukupi kebutuhan materiil dan spiritual. Manajemen keuangan keluarga yang baik adalah dapat menyesuaikan sumber dana yang ada dengan penggunaan dana secara seimbang sesuai dengan perencanaan dan pemanfaatan, antara realisasi dan target sebaiknya realistis, serta diperlukan juga evaluasi sejauh mana target yang sudah tercapai, melalui instropeksi secara berkala.

Sebagian besar TKI Purna dari Qatar, memiliki asset tetap ada yang berupa tanah, rumah, dikembangkan dibuat bangunan berupa Ruko, Kost dan rumah untuk disewakan, sehingga menambah income passive sebagai tambahan penghasilan. Manfaat dari asset produktif adalah mampu memenuhi kebutuhan dalam hidup dan tidak perlu bingung secara keuangan, tetap mendapatkan penghasilan meskipun sedang tidak bekerja sekalipun. Manfaatnya akan sangat dirasakan ketika sedang sakit, tidak bisa bekerja lagi, atau pada saat masa tua.

Keempat. Bekerja. Para TKI purna selain berwirausaha ada yang memutuskan untuk bekerja kembali baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Motivasi yang paling penting yang menyebabkan TKI purna yang memutuskan untuk bekerja lagi di perusahaan adalah mendapatkan imbalan atau upah karena adanya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi untuk menopang keuangan keluarga. Bekerja merupakan pilihan, dimana adanya penghasilan yang stabil setiap bulan, dan adanya jaminan kesehatan, serta fasilitas -- fasilitas lainnya dari perusahaan sehingga bisa meningkatkan taraf hidup.TKI Purna berprinsip Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah SWT. Bekerja dengan baik mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk kedalam jihad di jalan Allah. Selain itu TKI purna yang bekerja lagi berprinsip bahwa dengan bekerja kepala keluarga menyatakan eksistensinya dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai wujud dari aktualisasi diri. Bekerja pada dasarnya adalah sebagai realitas fundamental, dan merupakan kodrat manusia di setiap perkembangan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun