Mohon tunggu...
Dede Ariyanto
Dede Ariyanto Mohon Tunggu... Administrasi - I am blogger and youtuber

Profile singkat Dede Ariyanto adalah seorang penulis lepas atau jurnalis freelance di beberapa surat kabar harian (koran). Menyukai sekali perkembangan dunia informasi dan teknologi khususnya komputer, atau seputar gadget terbaru. Penulis buku komputer, "Teknik Jitu Mengoptimalkan Flash Disk adalah buku perdananya yang di terbitkan oleh Elexmedia. Ada juga buku "Blogspot Hacking yang diterbitkan oleh penerbit Andi Yogyakarta. Sebagian dari artikel yang dimuat oleh surat kabar tersebut, bisa dibaca di blog pribadinya di www.masdede.com Selain sebagi seorang penulis, juga seorang praktisi teknisi komputer, tentor di beberapa Lembaga Pendidikan dan Keterampilan (LPK) ternama di Yogyakarta dan dosen muda di lingkup Pusat Komputer dan Sistem Informasi (PKSI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sering memberikan pelatihan jurnalistik, seminar atau workshop komputer atau internet.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bayar Rp 5000, Bisa Keliling "Indonesia"? Mau?

30 Maret 2015   08:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa pun yang membaca judul tersebut di atas mungkin akan berkata “ah yang bener?!”. Barangkali teman-teman Kompasianer pun merasakan hal yang sama. Tapi tunggu dulu, dalam artikel ini saya akan berbagi pengalaman. Saya berani jamin bahwa apa yang saya tulis adalah pengalaman benar dan jujur. Penasaran, bagaimana ceritanya? Untuk itu baca terus sampai selesai yah… :D

***

Jadi.. jujur saja, saya adalah pendatang baru di Jakarta. Kurang lebih baru satu bulanan saya tinggal di Jakarta. Sebagai pendatang baru, tentu belum mengerti banyak hal apalagi hafal rute jalan... Terlebih kota Jakarta ini setiap harinya selalu macet, terutama di jam pergi-pulang kerja. Saya pikir, sampai kapan akan terus begini? Oke balik lagi ke pembahasan kita yah…

Hari itu hari Senin. Tepatnya tanggal 23 Maret 2015 saya dan istri akan pergi ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Maklumlah sebagai pengantin baru, selalu ingin berduaan terus.. :D Istri kebetulan suka sekali dengan jalan-jalan. Istilah keren orang zaman sekarang menyebutnya dengan traveling.

Malam hari sebelum pagi berangkat ke TMII, kita sudah mempersiapkan apa saja bekal dan perlengkapan yang akan dibawa besok pagi. Hal yang wajib kita bawa pertama jelas power bank. Siapa yang tidak kenal dengan benda satu ini. Kemudian smartphone buat foto selfie dan foto-foto. Seperangkat makanan lengkap dengan air mineral botol ukuran super besar, yang jelas bukan galon yah :D Dan jangan lupa jaket dengan jas hujan mengingat masih musim hujan.

Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Kita berangkat menggunakan motor berdua ke TMII. Guna menghindari macetnya Jakarta, sengaja kita pergi pagi sekali jam 6-an. Padahal, wahana TMII saja baru buka jam 9 pagi.

Untuk petunjuk jalan saya biasa menggunakan Apple Map, meskipun OS-nya jadul akan tetapi masih dapat diandalkan. Dibantu istri memegang smartphone membonceng di belakang. Sepanjang perjalanan itulah istri mengarahkan kalau ada belokan atau pilihan harus jalan lurus. Karena tidak mungkin juga sepanjang jalan terus gunakan GPS. Dalam bahasa kami, GPS adalah singkatan dari (Gunakan Penduduk Setempat) :D Tentu maksudnya di sini adalah bertanya kepada orang sekitar.

Tanpa bermaksud membandingkan perangkat gadget, bagi teman-teman Kompasianer yang suka menggunakan Google Map lebih nyaman lagi. Di lain hari saya pernah coba Google Map memiliki fitur voice, terlebih sudah mendukung Bahasa Indonesia. Jadi, jika kita akan berpergian ke mana dan dari mana, tentukan saja rutenya dulu, pasang earphone ke telinga dan masukan smartphone ke jaket. Itu lebih safety. Maka setiap rute yang dilalui jika ada belokan kanan sekitar 200 meter lagi akan terdengar suara merdu wanita :) kurang lebih seperti ini. “200 meter silakan belok kanan”. Selanjutnya hingga sampai tujuan kita ikuti saja Google Map mendikte.

[caption id="attachment_375621" align="aligncenter" width="600" caption="Tampilan layar smartphone Apple Map dengan rute dari rumah ke TMII lumayan jauh sepanjang 27 Km"][/caption]

Udara pagi nan sejuk dan segar perlahan mulai kami rasakan berdua setibanya di pintu gerbang masuk utama TMII. Jarum jam di tangan menunjukkan pukul 08.30-an. Dengan jarak kurang lebih 27 Km kami baru sampai TMII. Mengingat masih pagi dan wahana belum buka, tampak hanya beberapa orang saja di area parkir. Di pintu masuk hanya membayar Rp 10.000/ orang dan Rp 6000 untuk kendaraan motor. Loh mas, katanya Rp Rp 5000 bisa keliling Indonesia. Mana, apa hubungannya dengan ke TMII? Harap tenang dan sabar cerita saya belum selesai … :)

Perlahan pengunjung mulai berdatangan. Ada yang menggunakan bus pariwisata, ada yang menggunakan motor seperti kami berdua ada juga yang menggunakan mobil pribadi. Bagi yang tidak memiliki kendaraan jangan berkecil hati, jika rumahnya dekat bisa menggunakan sepeda goes sekalian olah raga biar sehat. Kalau tahun kemarin adik saya dan ponakan katanya ke TMII menggunakan moda transportasi umum Trans Jakarta juga bisa loh…. So, masih banyak jalan menuju TMII bukan?

Perut mulai keroncongan, kami pun berdua mencari tempat duduk di area parkir yang teduh untuk sarapan. Di sekitarnya banyak ditumbuhi pepohonan. Jauh dari kata panas dan pengap dari kota Jakarta. Di TMII parkir kendaraan disediakan secara gratis alias free. Jadi tidak pusing lagi memikirkan berapa harus bayar parkir dikalikan lama waktu kita berada di sana.

Sekedar informasi tambahan, TMII buka mulai buka pukul 07.00 pagi sampai dengan 22.00 WIB. Jangan lupa membawa alas atau tikar jika bareng saudara. Selain bisa untuk duduk dan makan-makan bisa juga buat tiduran sembari menunggu mereka yang berkunjung ke anjungan atau bermain wahana. Jangan lupa setelah makan dan minum buanglah sampah di tempat yang sudah tersedia. Sebenarnya tanpa membawa bekal pun di TMII tersedia restaurant cepat saji ala Indonesia dan warung-warung yang siap melayani pembeli. Karena kami ingin hemat, maka bekal makanan dan minuman kami siapkan sedari rumah.

[caption id="attachment_375622" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana area parkiran yang nyaman, rindang dan sejuk"]

1427677210525275536
1427677210525275536
[/caption]

Semua pasti akan sepakat, kesan pertama kali masuk ke TMII adalah betapa luasnya area TMII. Jika ditempuh dengan berjalan kaki untuk mengunjungi anjungan, museum, taman, dan rekreasi yang ada di TMII saya kira waktu satu hari pun tidak akan cukup. Untungnya sebelum ke sini kami sudah melakukan survei tempat-tempat yang akan kami datangi. Untuk itu di TMII tersedia sewa sepeda, bus pariwisata atau juga bisa menggunakan kendaraan pribadi untuk berkeliling area taman.

Setelah kenyang menyantap bekal, kami langsung ke tempat informasi. Di sana di sambut baik dan ramah oleh petugas. Oleh petugas kami diberikan peta guna memudahkan dalam rekreasi di TMII. Dari awal, tujuan kami adalah berkunjung ke Museum Indonesia dan berkeliling anjungan. Maka kami langsung menanyakan lokasi beserta tempat parkir untuk kendaraan sepeda motor di Museum Indonesia. Di paragraf akhir akan saya uraikan alasan saya memilih masuk Museum Indonesia.

Baru keluar dari pusat informasi, tiba-tiba terdengar teriakan pengemudi mobil mini yang hanya beratap dan berkursi. Adapun sisi kanan, kiri dan belakangnya tak bertutup. Berjalan sangat lambat, sang pengemudi menawarkan diri. “Ayu mas, mba.. ayuk-ayuk …keliling Indonesia cuma Rp 5000 aja, mau?”

Bentuk mobilnya seperti mobil bak. Namun dimensinya lebih kecil dan sudah dimodifikasi. Berwarna putih dengan supir ada dua orang bergantian duduk di depan. Tertulis jelas di depan kaca mobil dan di belakang hasil cetak printer di kertas ukuran A4 yang sudah dilaminating tertempel dengan tulisan “Keliling Indonesia Rp 5000”.

Kami pun berdua mendengar tawaran dari supir untuk naik mobil. Sempat tersenyum geli dan berfikir bagaimana bisa keliling Indonesia yang sangat luas cuman Rp 5000? Langsung saja tanpa membuang waktu bergegas mengambil motor yang diparkir di depan gedung pusat informasi dan membuntuti mobil putih tersebut sampai selesai. Setelah berkeliling kurang lebih 20 menit kami baru paham maksud dari perkataan bapak supir tersebut.

Di sepanjang jalan kami melihat banyak rumah adat yang disebut dengan anjungan. Seperti anjungan Jambi, Bengkulu, Riau, hingga anjungan Sangkrini Jaya Raya. Setiap tahunnya terus dibangun anjungan baru guna melengkapi anjungan yang ada seperti anjungan Sulawesi Barat, Banten, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Maluku Utara dan Gorontalo. Terdiri dari provinsi-provinsi yang ada di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Luar biasa!

[caption id="attachment_375624" align="aligncenter" width="600" caption="Dokumen pribadi: Foto mobil wisata TMII"]

14276780791623568141
14276780791623568141
[/caption]

Uniknya di tengah-tengah TMII terdapat waduk yang cukup luas. Di dalam waduk tersebut terdapat taman-taman kecil dan besar yang jika dilihat dari wahana kereta gantung TMII akan tampak seperti peta Indonesia.

Saya rasa TMII ini adalah miniatur negara tercinta Indonesia. Di dalamnya tidak hanya ada hiburan, anjungan, musim ada juga flora dan fauna. Kekayaan budaya setiap daerah ada di TMII, yang menimbulkan sifat dan sikap nasionalisme bagi para pengunjungnya. Menurut saya, ini sangat penting sekali agar Indonesia di kemudian hari tidak terjadi disintegrasi seperti Timor Timur.

Sikap nasionalisme hendaknya sudah ditanam dan pupuk sejak usia dini. Salah satu caranya dengan mengajak putra-putri atau buah hati tercinta ke TMII secara rutin. Sehingga tidak hanya rekreasi saja, niatkan sekaligus belajar tentang Indonesia. Bapak dan Ibu guru pun harus demikian terhadap anak didiknya. Maka tidak mengherankan di hari libur TMII ramai pengunjung dari pelajar.

Jadi sekarang teman-teman Kompasianer sudah paham dan mengerti bukan maksud dari judul artikel saya :) Hanya bayar Rp 5000 kita semua bisa keliling “Indonesia” dengan mobil wisata TMII.

Setelah puas berkeliling TMII dengan motor kami pun pergi ke beberapa anjungan dan selanjutnya masuk ke Museum Indonesia. Kami sengaja ingin masuk ke Museum Indonesia karena di sana menurut informasi yang saya dapatkan juga menggambarkan Indonesia. Di dalamnya banyak peninggalan-peninggalan berharga milik Indonesia. Menurut petugas penjaga tiket dengan masuk ke Museum Indonesia sudah mencakup 33 Provinsi yang ada di Indonesia.

Benar saja.. saat kami menginjakkan kaki di Museum Indonesia, di dalam satu bangunan itu mencakup keseluruhan Indonesia. Pantas saja disebut dengan Museum Indonesia. Di dalamnya terdapat budaya, seni, kriya, sejarah, upacara adat, alat pemburuan, musik sejarah penulisan huruf, sejarah keuangan dan masih banyak lagi.

[caption id="attachment_375625" align="aligncenter" width="600" caption="Dokumen pribadi: Foto-foto di Museum Indonesia"]

1427678337429466166
1427678337429466166
[/caption]

Tak terasa hari sudah sore kami pun kemudian pulang. Begitulah pengalaman kami jalan-jalan ke TMII teman-teman Kompasianer. Semoga artikel ini bermanfaat dan semoga bisa bertemu di TMII di lain kesempatan.

Jangan lupa, yuk saksikan video liputan  TMII saya di YouTube. Berikut linknya https://youtu.be/Pomjozv4y6c

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun