Suhu ban sangatlah penting dalam dunia balap. Jika suhu ban (Heat cycle) tidak diatur dengan benar, akan menyebabkan degreadasi yang tinggi atau bahkan kerusakan pada permukaannya. Jika ban terlalu panas degradasi ban akan meningkat dan bisa menyebabkan blistering (mengelupasnya lapisan karet ban) diakibatkan karet ban mendidih dan menggelembung. sebaliknya ban yang terlalu dingin mengakibatkan kurangnya gripp saat mengerem, akselirasi atau di tikungan sehingga mempengaruhi lap time bahkan bisa menyebabkan spin yang membuatnya cukup berbahaya. Terutama ketika baru keluar garasi dan pit stop waktu dimnana ban masih fresh-fresh nya.
Selain itu suhu ban juga mempengaruhi tekanan udara di dalamnya. Tekanan udara didalam ban akan mempengaruhi grip. tekanan udara yang rendah otomatis akan merendahakan mobil beberapa milimeter juga membuat steer suspensi menjadi lunak, dan sebaliknya dengan tekanan tinggi. Sehingga suhu ban juga mempengaruhi setingan mobil F1. Karena seperti yang kita tahu udara dingin itu lebih padat dari udara hangat. Jadi naik turunnya suhu ban akan mempengaruhi tekanan udara didalamnya pula.
Asal Usul
Konsep Tyre blangket ini pertama muncul di tahun 1974 saat GP Canada yang digelar saat musim gugur di bulan september. Di cuaca yang dingin mobil-mobil terlihat kesulitan menemukan grip, tim McLaren menemukan sulusi dengan membuat semacam 'tenda pemanas' di garasi mereka. Masalahnya ketika ban dibawa keluar garasi effek dari 'tenda pemanas' tersebut hilang akibat dinginnya cuaca saat itu.Â
Jawaban dari masalah ini terjawab di kamar hotel mereka. Para pit kru membawa selimut dan duvet dari kasur kamar hotel mereka dan menggunakannya untuk membungkus ban yang sudah dipanaskan agar tetap hangat saat akan dipasang ke mobil.
Setelah itu Mike Drury yang pertamakali yang menyempurnakan design agar selimut itu sendiri bisa langsung menghangatkan ban tanpa tenda penghangat di GP Eropa 1985 di Brands Hatch Inggris. Tire warmer
Tyre blangket ini digunakan dua-tiga jam sebelum sesi balap berlangsung, sesuai dengan regulasi/peraturan yang ditetapkan FIA. Proses pemanasan ini bisa membuat permukaan ban mencapai suhu lebih dari 100 derajat celcius. tetapi FIA perlahan mulai mengurangi maksimal suhu yang bisa dicapai.Â
Di musim 2022 kemrian ban hanya bisa dipanaskan sampai suhu 70°C selama 2 jam, dan untuk musim 2023 nanti maksimal suhuny diturnkan lagi menjadi 50°C , dan teknologi tyre blangket ini kemungkinan akan dilarang untuk musim 2024 ke depan.
Dilarang mulai alaw musim 2024
Listrik yang dibutuhkan pastinya tidak sedikit, sehingga FIA berniat melarang penggunaan tyre balngket dari mulai musim 2024 kedepan. menggurangi konsumsi energi sekaligus meringankan biyaya listrik yang dibebani ke pengelola sirkuit. bahakan di musim 2023 ini FIA berniat untuk mulai melarang penggunaannya untuk ban inter dan basah.
Max Verstappen memberika komentarnya tentang peraturan ini, saat uji coba regulasi penurunan suhu ban untuk musim 2023 Â di GP Amerika beberapa bulan kemarin
"Sangan tidak menyenangkan... Saya mengemudi di 50° (celcius), dan Saya sedikit dan hampir spin (hilang kendali) saat di jalur keluar pit"
"Memang saya memakai jenis ban terkeras, tapi Saya pikir masih banyak lagi (yang harus dipelajari).. saya perkir akan ada lebih banyak kecelakaan dibanding sekarang."
"Selain itu Degradasi ban juga akan terpengaruh karena ban yang dipasang sangat dingin... mobil terasa licin di lap-lap awal, saya perkirakan akan butuh banyak lap sebelum ban ada di suhu yang optimal."
Dengan vaktor keselamatan driver dan Protes dari sekian banyak personel tim, Pirelli sebagai pemasok ban diharapkan bisa membuat ramuan ban yang cocok dengan perubahan regulasi di tahun 2024 mendatang..
RA94
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI