Mohon tunggu...
Dede Ahmad Ramdhan
Dede Ahmad Ramdhan Mohon Tunggu... Freelancer - RA94

Punten Numpang Nulis

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

The Flying Dutchman! Sudah Pantaskah Verstappen Sejajar dengan Para Legenda F1?

19 Oktober 2022   23:10 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:14 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Max 2022 World champion Credit: Getty Images.com

Namun begitu, berkat pengalamannya Perez bisa sedikit menjinakkan mobil banteng merah ini. Apa ini berarti Redbull tidak peduli pembalap no.2 nya? Well secara umumnya karakteristik mobil seperti ini lebih cepat dari gaya mobil lainnya, dengan effek samping agak sulit dikendalikan. sehingga jadi plus-plus bagi Redbull mobil cepat dan sesuai dengan pembalap utamanya. 

Apalagi adanya peraturan pembatasan anggaran menjadikan Redbull harus pilih-pilih aspek mobil mana yang harus dikembangkan dan memaksimalkan kecepatan. 

The Best and The Rest

Max 2022 World champion Credit: Getty Images.com
Max 2022 World champion Credit: Getty Images.com

Adaptasi ujung-ujungnya jadi pembeda pembalap papan atas dan biasa. Saat yang lain kesulitan mereka atas mampu bersinar. Max bisa beradaptasi dan memaksimalkan kemampuan mobilnya, tidak hanya kecepatan 1 lap tapi selama 50-70 lap balapan berlangsung. Cepat, agresif, tanpa boros ban. 

Bukan hanya pandai menjinakkan banteng merahnya, Max juga pandai beradaptasi di sirkuit dan kondisi-kondisi unik setiap lintasannya. Bahkan di awal karir F1nya Max seperti sudah menjadi master kondisi hujan, seperti di GP Malaysia 2015 race keduanya max berhasil kualifikasi di posisi 6 bersama Toro rosso, walau ditengah hujan badai,  Dan akhirnya berhasil mencetak point pertamanya di posisi 7. 

Selain itu GP Brazil 2016 di cuaca hujan deras bisa melakukan overtake dan manufer yang mengagumkan, saat yang lain kesusahan di lintasan Max bisa sat sit set menyalip mobil seenaknya.

Semua pembalap F1 pastinya bisa nyeimbangi performa max di saat-saat tertentu jika mobil mereka memumpuni. Tapi konsistensi mengendarai di ujung performa di setiap race yang membedakan pembalap seperti Hamilton, Schumacher dan Max dari pembalap lainnya.

Dengan 2 gelar juara dan 32 Race win di umur 25 tahun, sudah tidak diragukan lagi karir Max bisa dipenuhi lebih banyak piala dan podium kedepannya, tentunya bila Redbull bisa menyajikan mobil yang setara dengan talentanya. Mengamankan kejuaraan di tengah musim akan membantu Max lebih santai, keluar dari tekanan dan mempersiapkan diri untuk musim 2023 tutur MIka Hikenen juara dunia f1 98 & 99 di F1 podcast beberapa minggu silam. 

Tapi santai versi Verstappen sepertinya akan meraih lebih banyak lagi Race win dan podium. Sifat ambisi menuju kesuksesan yang menjadi kunci mendominasinya Verstappen di musim 2022. Termasuk hilangnya penghalang Lewis Hamilton akibat keterbatasan mobil Mercedes membuat alur dominasi Verstappen semakin deras. 

Ujung ujungnya pembalap papan atas sering menjadikan performa luar biasa terlihat biasa saja. Seakan menyembunyikan kemampuan sebenarnya. Karena pada akhirnya kalau jadi juara itu gampang dengan mobil yang tokcer semua pembalap bakal jadi juara tapi kenyataannya kebanyakan akan tertinggal di belakang dan hanya sedikit yang mampu maju ke depan.

RA94

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun