Mobil f1 terkenal dengan fitur aerodinamika-nya yang sangat rumit, mulai dari sayap depan dan belakang sampai lekukan-lekukan body dan ventuyi tunnel yang yang diperkenalkan kembali di musim ini. fitur-fitur inilah yang membuat mobil f1 bisa terus ngebut di belokan bak nempel di aspal.
Tapi sayangnya fitur-fitur ini juga menghasilkan Angin kotor (Dirty air) yang mengurangi effek aerodinamika mobil di belakangnya, mengurangi grip sehingga mengurangi cornering speed menyebabkan overtake jadi lebih sulit. akibatnya semakin sedikit aksi salip menyalip membuat sebagian besar race jadi sedikit boring bagi penonton.
Maka dari itu FIA memperkenalkan DRS agar mobil bisa lebih mudah saling salip menyalip. dengan dibukanya papan sayap belakang, aksi ini akan mengurangi drag dan downforce sehingga menambah kecepatan di lintasan lurus. DRS diharapkan jadi jawaban dari masalah dirty air walaupun banyak fan yang tidak suka dari 'gimik' ini.
DRS ini hanya bisa diaktifkan saat jarak dengan mobil didepan kuranmg dari 1 detik saat akan memasuki zona DRS. penentuan zona DRS Â ini menjadi keputusan yang krusial agar kedua pembalap mempunyai kesempatan untuk merebut dan mempertahankan posisinya.
DRS menyebabkan mobil kehilangan sekitar 35% gaya downforce. Sebab itu zona ini hanya ada di jalur lurus setelah keluar dari belokan, jarak awal zona dari belokan ini yang sering diperdebatkan. Jika jarak terlalu dekat akan membuat mobil depan tidak memiliki kesempatan mempertahankan posisinya & terlalu mudah disalip. jika terlalu jauh, mobil belakan akan tertinggal terlalu jauh mengingat effek dari Angin kotor mengurangi grip dan membuat akselerasi keluar belokan lebih lambat dari mobil yang dikejar.
Di tikunagn berkecepatan tinggi seperti tikungan terakhir di Hungaroring dan Monza dimana mobil yang mengejar akan kehilangan gaya downforce akibat udara kotor yang dihasilkan mobil yang dikejar. Hal lah yang sering menyebabkan adanya DRS train.
Apa Itu Kereta DRS ?
Simpelnya Kereta DRS (DRS Train) terbenruk ketika lebih dari 2 mobil saling saling mengejar dengan jarak masing masing kurang dari 1 detik tapi tidak bisa overtake/menyalip mobil di depannya. hal ini bisa diakibatkan berkat keunggulan akselerasi, jauhnya jarak awal zona DRS atau zona DRS yang terlalu pendek.
Mobil terdepan dapat menyeimbangi kecepatan mobil di belakang, walaupun tidak memiliki effek drs maupun slipstream. jika mobil urutan ke 2 saja sulit menyalip mobil terdepan tanpa DRS , apalagi mobil2 mobil dibelakangnya yang sama-sama memiliki drs.
Kejadian ini yang terjadi di GP Italia kemarin. Daniel Riciardo mendadak jadi konduktor kereta saat beliau memimpin 4 mobil ( Gasly, Lando, de vries dan Zhou) di belakangnya. Di tambah keunggulan mobil MClaren dari mobil-mobil dibelakangnya memperparah effek ini.Mclaren yang unggul di tikungan cepat parabolica sebelum jalur lurus, ditambah Udara bersih (clean air) dapat menyeimbangi effek DRS dan slipstream dari mobil-mobil dibelakangnya. hanya lando Norris rekan satu timnya yang mampu keluar dari kereta DRS berkat strategi pit stop. Kereta DRS hampir tidak bisa dipecah kalau bukan karena mobil Danial mengalami kerusakan mekanik di akhir-akhir race.
Berkat perubahan regulasi aerodinamika di musim ini, Udara kotor yang dihasilkan mobil f1 berkurang drastis. sekarang mobil dapat bertarung 'wheel to wheel' lebih sering dari musim-musim sebelumnya. tapi dikarenakan berfariasinya top speed dan performa mobil, DRS train masih bisa terbentuk seperti di Spa francorchamps dan Monza minggu kemarin.
RA94
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H