Mohon tunggu...
Dede Nurul Hidayat
Dede Nurul Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Biasa

Gens Una Sumus (Kita Semua Keluarga)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Baper Ketika Ditanya "Kapan Nikah?

29 Maret 2021   23:50 Diperbarui: 30 Maret 2021   08:54 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaan yang sebagian orang anggap terlalu mencampuri urusan pribadi, yang jawabannya lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan CPNS bahkan bisa menimbulkan keretakan dalam hubungan persaudaraan, padahal sebenarnya hal tersebut biasa saja dan tidak perlu merasa terusik sama sekali.

Bertemu dengan sanak saudara maupun teman yang sudah lama tidak saling tegur sapa, seringkali selalu memulai dengan pertanyaan kapan menikah? Kapan lulus? Kapan bekerja? Sekarang kok gemukan ya, dan sebagainya. Seolah pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi suatu kewajiban yang membuat orang penasaran dan harus disampaikan. Hanya saja, beberapa orang tidak memaknainya secara bijak dan terlalu baperan. Sepertinya mereka harus belajar supaya tidak baperan dari pemimpin negeri tetangga. Ya, pemimpin negeri tetangga tersebut selalu menutup mata dan telinganya dari kritikan-kritikan yang dilontarkan oleh rakyatnya. Dan ketika tidak bisa menjawab pertanyan dari wartawan gunakanlah jurus langkah kaki seribu. Itulah pemimpin negeri tetangga, untungnya bukan pemimpin negeri kita.

Jangan baperan ketika ditanya kapan menikah. Bisa jadi itu adalah bentuk rasa kepedulian mereka terhadap kita. Dengan bertanya kapan nikah, itu sudah merupakan bukti bahwa mereka ikut senang dan bersuka cita apabila kita menikah.
Tapi kan menikah itu urusan kita, itu pilihan kita mau kapanpun menikah, kenapa mereka yang repot?

Iya kamu yang menikah, kamu yang menjalaninya. Tapi kamu hidup di dunia ini tidak sendiri, kamu tidak tiba-tiba muncul dari batu kan?. Ada peran besar dari kedua orangtuamu atas keberadaan kamu di dunia ini. Mereka jelas selalu punya peran yang besar pada hidupmu dan tentu saja mereka berhak punya urusan padamu, termasuk kerabat dan saudara-saudaramu. Mereka yang pertama kali bersuka cita, mereka yang akan membantumu untuk memperlancar pelaksanaan acara resepsimu. Percayalah mereka tidak ada niat untuk mempermalukanmu dengan bertanya kapan menikah, mereka akan selalu mendukungmu terhadap hal-hal yang baik dan bahkan mendo'akanmu.

Tunggu...tunggu... katanya ingin membela kaum jomblo atau yang tidak ingin nikah muda, kok sekarang malah memojokannya ?

Nah kan, baru di nasehatin begitu saja sudah baper. Yaudah sekarang saya benar-benar belain kaum jomblo atau yang tidak ingin "segera" menikah. Kenapa saya kasih tanda kutip pada kata segera, supaya membedakan dari Takwil Felix Siauw "Putuskan dan segerakanlah menikah, sekarang juga, karena menikah itu enak".

Beberapa minggu ke belakang saya pernah memposting sebuah foto pernikahan teman saya pada sebuah media sosial. Saya sudah menduga postingan tersebut akan membuat ponsel saya tidak akan berhenti berbunyi untuk beberapa saat. Dan terbukti beberapa menit setelah foto tersebut di share, banyak muncul respon maupun komentar yang masuk ke ponsel saya. Kebanyakan yang berkomentar adalah teman saya yang sudah lebih dulu menikah, ada juga beberapa teman saya yang bahkan dia pun juga belum menikah ikut berkomentar (orang kaya gini, mungkin tidak punya cermin di rumahnya). 

Percakapan daring antara saya dan beberapa teman saya (yang sudah menikah), menghasilkan kesimpulan bahwa "menikah itu enak, bebas melakukan apa saja dengan pasangan, bahkan bergulat di ranjang pun tak segan dilakukan hampir setiap malam, katanya".

Mungkin mereka mengira kita para bujangan (Kita?) akan mudah tergiur dengan iming-iming adegan ranjang. Saya berharap mendapat wejangan bagaimana cara membina rumah tangga yang baik dan benar, bagaimana menjalankan hak dan kewajiban antar pasangan, bagaimana cara menyelesaikan berbagai macam persoalan. Tapi mereka malah memberikan pemikiran-pemikiran mengenai kenikmatan-kenikmatan di dalam kamar (dasar teman lucknut).

Saya faham masalah seksual itu penting, tapi ada yang jauh lebih penting dari itu. Menikah itu tujuannya bukan untuk melegalkan hubungan seks, menikah juga bukan hanya sekedar hubungan seks. Tapi, menikah bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan).

Tapi kan kalo sudah siap kenapa mesti di lama-lama?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun