Mohon tunggu...
Dede Nurul Hidayat
Dede Nurul Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Biasa

Gens Una Sumus (Kita Semua Keluarga)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Olympic Goal dan Bukti Kecerdasan Zidane

9 Januari 2020   16:28 Diperbarui: 9 Januari 2020   16:36 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Real Madrid sukses melaju ke babak Final Piala Super Spanyol 2019/2020 usai mengalahkan Valencia dengan skor 3-1 di King Abdullah Sports City Stadium, Arab Saudi, Kamis (9/1/2020). 

Hadangan dari para pemain Valencia tidak mampu membendung serangan barbar yang dilakukan oleh para pemain Real madrid. Meski tak diperkuat trio Eden Hazard, Karim Benzema, dan Gareth Bale karena Cedera, tidak sedikitpun mengurangi kekuatan Real Madrid yang banyak dihuni para pemain bintang tersebut. 

Toni Kross yang bermain menggantika peran Garet Bale, sukses mengawali kemenangan Real Madrid dengan gol yang dicetaknya pada menit ke-15. Saya rasa dengan menampilan Toni Kross tadi malam, kedepannya bersama dengan isco akan mampu menggantikan posisi Gareth Bale yang dinilai sudah tidak fokus lagi bermain sepakbola. Mungkin Gareth Bale sudah lelah untuk berlari, atau mungkin juga Bale frustasi karena terlalu sering keluar masuk meja operasi, Menurutnya Sepakbola bukan lagi prioritas Utama. 

Kembali ke pertandingan, gol yang dicetak oleh Toni Kross bukanlah gol biasa, gol tersebut bisa dikatakan Olympic Goal, karena dicetak dari tendangan sudut langsung menghujam ke dalam gawang lawan. Berawal dari kiper Valencia yang tidak berada di posisinya, Toni Kross dengan cerdas memanfaatkan situasi kelengahan tersebut.

Bukan hanya Toni Kross the sniper yang mencetak gol, Isco dan Luka Modric pun turut menyumbang masing-masing satu gol. Dan Valencia baru membalas di masa injury time lewat penalti dari Dani Parejo. Hasil tersebut membuat Real Madrid mendapatkan tiket menuju final, dan menunggu hasil pertandingan antara Barcelona dan Atletico Madrid pada Jum'at (10/1/2020) nanti.

Sejarah Olympic Goal

Olympic goal atau kalau kita terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia namanya gol olimpiade. Gol olimpiade ? apakah ada ada hubungannya dengan pesta olahraga antar berbagai negara di dunia itu? ya. tentu saja ada. Olympic goal diperkenalkan pertama kali tahun 1924, saat pertandingan persahabatan antara Argentina melawan Uruguay. 

Di kutip dari lama FIFA, saat itu Uruguay merupakan juara bertahan pada Olimpiade 1924. Sang juara tak berkutik ketika gol penentu kemenangan dicetak oleh Casareo Onzari, gol nya pun unik, bukan atas kerjasama tim, apalagi tendangan penalti. Gol tersebut dicetak dari posisi yang tak terduga yaitu dari tendangan sepak pojok. Saat itu, para media lokal sangat terkesima kemudian memberika julukan kepada gol Onzari tersebut dengan nama Olympico Goal. Sebuah julukan yang menurut saya tidak  begitu berlebihan, karena gol tersebut sangat special, dengan lawan yang special pula, bukan main-main sang juara Olimpiade harus menyerah 1-2 berkat gol penentu tersebut. Walaupun pertandingan tersebut merupakan pertandingan persahabatan, tapi gol unik tersebut menjadikannya momen bersejarah yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh Uruguay hingga sekarang.

Julukan Olympic Goal tersebut digunakan hingga sekarang, bahkan dalam perjalanannya banyak pemain yang sudah mencetak goal seperti itu, mulai dari sang supertar David Beckham, Diego Maradona, Roberto Carlos, hingga Legenda Arsenal Thierry Henry, bahkan pemain Indonesia pun pernah melakukan gol seperti itu.

Lima Jendral Real Madrid

" Kami bisa saja bermain dengan pemain sayap. Tapi saya memainkan Isco dan Luka Modric untuk bermain agak ke dalam. Yang terpenting adalah memberi tekanan dengan ketat dan bermain sebaik mungkin"  Zidane, dilansir Marca.

Perubahan taktik yang diterapkan oleh Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane menuai sukses besar, terbukti permainan antara Real Madrid vs Valencia Kamis (9/1) mampu dikuasai oleh Real Madrid dengan statistik akhir penguasaan bola hingga 62 %. Skema permainan 4-3-2-1, dengan menempatkan lima gelandang sekaligus merupakan bukti kecerdasan Zidane dalam meracik strategi tim. Keterbatasan pemain karena ditinggalkan oleh trisula penyerangnya tidak dapat menghentikan kejeniusan seorang Zinedine Zidane, ditambah pengalaman Real Madrid yang bermain imbang 1-1 melawan Valencia pada (16/12/2019) lalu, karena terlalu memaksakan skema permainan 4-3-3 nya. 

Peran serta lima gelandang Real Madrid yang bermain apik, mampu membuktikan diri bahwa menurunkan lima gelandang sekaligus merupakan suatu langkah yang sangat brilian. Peran Casemiro yang menjaga kedalaman, dibantu Fede Varverde serta Luka Modric (pemain terbaik dunia 2018) yang bermain sebagai gelandang serang di lini tengah, dengan Isco dan Toni Kross yang agak lebih ke dalam sukses mengobrak abrik pertahanan los che (julukan Valencia). Sentuhan, kreasi, umpan dan teknik jadi kelebihan pola permainan Real Madrid pasca ditinggalkan Cristiano Ronaldo. Tidak berlebihan ketika saya menjuluki mereka dengan sebutan Lima Jendral lapangan tengah Real Madrid.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun