Mohon tunggu...
D. Deva Permana
D. Deva Permana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Islam Nusantara

Menulis Artinya Bernapas Secara Bebas

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lelaki yang Lahir dari Ibunya

18 Maret 2021   00:04 Diperbarui: 18 Maret 2021   00:10 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama saya Dede Deva Permana, biasa dipanggil Deva tapi kalau teman-teman biasa memanggil saya Dava (ini terkesan lebih akrab dan hangat), saya dilahirkan oleh Ibu saya, Ibu yang luar biasa dan sangat saya cintai, ciee. Bukan hanya saya, beliau pun sangat menyayangi saya. 

Saya lahir dikota yang terkenal dengan dodolnya, kota itu adalah Garut (meskipun bukan pilihan, tapi saya bangga lahir dikota ini). saya lahir tahun 2000, masa peralihan krisis ekonomi menuju kemakmuran (katanya). 

Saya hidup dilingkungan yang majemuk, laki-laki dan perempuan, saking majemuknya ada juga yang mengaku kedua nya. heee. 

Saya besar dalam lingkungan yang heterogen, meskipun demikian, saya memiliki sikap dan karakter yang tunggal, dan tentunya tidak suka meninggalkan. 

Teman-teman menganggap saya memiliki kepribadian tengah, yang bisa dibilang memiliki sikap yang fleksibel, lain cerita dengan Ibu dan keluarga saya.

Mereka memiliki pemikiran yang ber sebrangan dengan teman-teman saya, Ibu saya menilai bahwa saya memiliki kepribadian yang suka menyendiri, ungkapan suka menyendiri pun sama terlontar dari kakak perempuan saya, yang sekaligus mewakili semua pendapat yang sama atas penilaian kepribadian saya, hal tersebut tidak saya bantah, saya memang memiliki 2 kepribadian.

Pertama tertutup dan kedua liar, bahkan sangat liar, memiliki kepribadian demikian tidak menggambarkan bahwa saya plinplan, sekali lagi tidak. 

Ada hal-hal yang harus kita selesaikan secara sendiri tanpa perlu berjamaah, dan ada hal-hal yang harus kita selesaikan secara ramai, dan itu sering saya lakukan, mulai  dari proses bernafas, beraktivitas, mengembangkan diri, dan kegiatan-kegiatan lain saya selama ini.

Ibu dan keluarga saya mengatakan bahwa saya memiliki kepribadian yang tertutup, dalam sudut pandang beliau, saya sering diam di rumah, interaksi dihabiskan dengan  buku dan layar monitor dari Senin sampai Kamis (waktu kuliah), kenyataannya memang demikian, meskipun tidak menggambarkan sepenuhnya bahwa saya memiliki kepribadian tertutup, saya tidak menolak. 

Sedangkan teman saya memiliki anggapan bahwa saya memiliki kepribadian yang tengah-tengah, hari Jumat sampai Minggu saya sering menghabiskan waktu di luar dengan teman-teman, menggali informasi baru, membuat usaha kecil-kecilan, serta aktif mengawasi setiap kebijakan yang menyangkut hajat banyak, contohnya bantuan sosial, selain itu saya juga aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. 

Maka wajar saja jika Ibu dan teman-teman saya  (teman dekat) memiliki pendapat yang beragam, sebab hari Senin sampai Kamis, saya habiskan waktu di rumah, sedangkan hari Jumat sampai hari Minggu saya sering berada di luar.

Saya setuju dengan pendapat teman-teman saya, saya bisa mengatakan bahwa saya memiliki kepribadian yang tengah-tengah tadi, untuk orang-orang yang introvert, jiwa mereka sepi meskipun mereka berada dalam keramaian, saya tidak demikian, tapi tidak selamanya demikian juga, ada hal-hal yang sering saya selesaikan secara ramai, tapi tidak selamanya begitu juga. 

Dengan tulisan ini karakter saya memang tidak tergambar secara utuh, dengan lingkungan yang berbeda, pengalaman yang baru, sudut pandang yang beda, semuanya bisa berubah, begitupun dengan karakter, orang-orang terdekat yang kita tanya terkadang mereka bohong, atas apa yang mereka katakan, mereka tidak mengatakan dengan sebenarnya, apalagi mereka yang mengenal kita lewat virtual, tau apa mereka tentang kita, yang muncul atas pendapat mereka apa yang mereka lihat secara virtual bukan nyata. Dan justru jika kita minta pendapat mereka hanya akan menciptakan kebohongan baru.

Atas apa yang telah saya uraikan, maka saya berani mengatakan bahwa kepribadian saya, seorang laki-laki yang lahir dari seorang Ibu ini, memang bisa dikatakan memiliki sikap dan kepribadian yang ambivert.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun