Salam
Ade Azizah
Aku tak bisa berkata-kata lagi, tak terasa mata ini basah oleh buliran air mata. Seperti mendapat pukulan keras yang tiba-tiba. Kenapa dada ini terasa sangat sakit setelah membaca surat ini. Kuraih kunci motor dan bergegas ku pergi. “Azizah, aku harus menemui azizah “ itu yang terpikir dalam ingatanku. Tujuanku adalah menemui Azizah. Tapi aku bahkan tak ingat kalau aku taka tahu harus menemuinya di mana pada jam kantor seperti ini. Aku belum tahu dimana azizah berkantor. Tiba-tiba mataku tertuju pada mobil yang terparkir di depan rumah Azizah. Hapal betul aku, itu mobil Mas Budi. Kuhentikan laju sepeda motorku. Perlahan ku berjalan menuju rumah azizah. Pintu rumahnya tidak tertutup, kudengar suara Mas Budi berbicara. Kudengar pula isak tangis seorang wanita. Itu pasti Azizah gumanku. “Aziah menangis?” “Ah…. Aku tak tahu lagi bagaimana perasaanku saat ini” . “Assalamu’alaikum…. “Ucapku di depan pintu rumah Azizah yang memang terbuka. Semakin tak karuan perasaanku begitu sampai di depan pintu Azizah terlihat menangis dan bersandar di bahu Mas Budi.Mereka terlihat kaget melihat kedatanganku, dan aku tak mampu lagi berkata-kata. Kepalaku pening dan aku tak ingat apa-apa lagi. Tuhan …. Apa yang sebenarnya terjadi, hanya itu yang teringat dalam benakku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H