Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Kapal Membutuhkan Kaptennya

21 Juni 2024   15:02 Diperbarui: 21 Juni 2024   15:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Doc Pribadi

Setiap Kapal Membutuhkan Kaptennya. Kalimat tersebut mungkin terdengar klise, namun praktek kepemimpinan yang kuat membutuhkan figur pemimpin yang memiliki mentalitas seorang kapten di sebuah kapal. 

Banyak organisasi atau perusahaan kini dihuni oleh pemimpin yang bermental penumpang, ia ingin dilayani, ingin santai, ingin segera sampai tujuan. Ia enggan berurusan dengan hal teknis, apalagi jika harus turun tangan mengecek "mesin organisasi". Apakah mesinnya masih dalam keadaan baik atau sudah harus diperbaharui. Yang ia tahu cuma ketika kapal bergerak, maka kapal itu harus merapat ke tujuan. Apa yang terjadi ditengah laut, bukan urusannya. Itu semua urusan masing-masing orang yang ada di dalam kepal.

"Bagaimana, sudah dikunjugi kliennya? terus kapan dealnya?"
"Kamu kan tahu caranya, udah kamu aja yang kesana?"

Sedikit ucapan para pemimpin yang mentalitasnya penumpang, gak mau capek, gak mau ribet, tapi mau hasil.
Dan ketika berhasil, dia mau dianggap itu adalah keberhasilan dirinya yang sukses memecut produktivitas timnya.

Konsep kepemimpinan telah berubah secara signifikan terlebih dengan peralihan generasi saat ini. Disadari atau tidak, generasi Z yang menjadi tim kita memiliki karakteristik yang kritis, mereka tidak segan-segan menyampaikan feedback mengenai cara kepemimpinan kita. Mereka butuh figur pemimpin yang terbuka, dan menerima masukan. Generasi ingin pemimpin mereka sedekat mungkin dengan mereka, bisa diajak diskusi, main games, atau bahkan tiktokan bareng.

Pemimpin modern harus mampu memainkan banyak peran, peran sebagai teman, sahabat, kakak, dan pemimpin tim.
Jika hanya bisa memainkan peran sebagai "pemimpin", jalinan emosional tidak akan terbangun, dampaknya adalah hubungan yang terjadi bersifat transaksional.

Leaders must be willing to put the ship's performance ahead of their egos, which for some is harder than others.

Setidaknya ada 3 aspek yang pemimpin perlu miliki untuk membawa kapalnya melaju dengan baik:

1. Kestabilan Emosi

Memiliki seorang pemimpin yang suasana hatinya berubah setiap hari akan menimbulkan ketidakstabilan dan demoralisasi. Team mengharapkan pemimpin yang mampu membawa kapal dengan tenang, tidak peduli seberapa badai lautan. Team harus dapat mengandalkan pemimpin mereka, mengetahui bahwa mereka dapat meminta bantuan pemimpin mereka.

2. Menjadi Pendamping

Tidaklah cukup hanya dengan mempekerjakan staf dan kemudian mengharapkan mereka untuk membentuk jalur pengembangan diri mereka sendiri. Pemimpin harus menjadi "buddy" bagi team, mereka harus selalu siap menjadi "Shoulder to cry" bagi team.
Dibidang apapun, dari waktu ke waktu akan ada perbedaan pendapat dan khususnya dalam lingkungan kerja yang menghadapi stres tinggi dan terkadang situasi yang menjengkelkan. Gangguan kecil menjadi lebih besar, ada kecenderungan untuk bereaksi berlebihan. Tangan yang tenang dan mantap diperlukan untuk mengatur ulang keseimbangan.

3. Rasa Satu Tim

Membina suasana team bekerja dengan baik dan memberikan kesenangan sangatlah penting. Setiap orang membutuhkan waktu untuk melakukan dekompresi sepanjang hari. Memberikan rasa 'bersama-sama' sangat penting agar semua bagian yang bergerak dalam tim dapat bekerja sama dengan baik. Seorang pemimpin yang sukses perlu memimpin dari depan, menyingsingkan lengan bajunya dan siap melakukan kesalahan, bukan melemparkan kesalahan.

Kondisi laut yang berubah, angin yang tidak menentu, serta guncangan yang tiap saat datang menuntut pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang tahu teknis, mengerti peta, mampu membaca gelagat alam. Pemimpin seperti ini bukan hanya mampu membawa kapal melewati badai, tetapi juga mampu mengambil hati teamnya.

Maka, perlu disadari bahwa pemimpin tidak bisa bekerja sendiri, ia membutuhkan tenaga dan kemampuan orang lain untuk bekerja bersama mereka. Betul bahwa setiap kapal membutuhkan seorang kapten, tetapi awak kapallah yang menjaganya tetap berjalan.
Betul bahwa kepemimpinan dalam organisasi adalah vital, tetapi para staff lah yang akan mengerjakan dan membawa organisasi bertumbuh.

Semoga bermanfaat,

Salam hangat

Dedy Wijaya
Calon Nahkoda Kapal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun