2. Menjadi Pendamping
Tidaklah cukup hanya dengan mempekerjakan staf dan kemudian mengharapkan mereka untuk membentuk jalur pengembangan diri mereka sendiri. Pemimpin harus menjadi "buddy" bagi team, mereka harus selalu siap menjadi "Shoulder to cry" bagi team.
Dibidang apapun, dari waktu ke waktu akan ada perbedaan pendapat dan khususnya dalam lingkungan kerja yang menghadapi stres tinggi dan terkadang situasi yang menjengkelkan. Gangguan kecil menjadi lebih besar, ada kecenderungan untuk bereaksi berlebihan. Tangan yang tenang dan mantap diperlukan untuk mengatur ulang keseimbangan.
3. Rasa Satu Tim
Membina suasana team bekerja dengan baik dan memberikan kesenangan sangatlah penting. Setiap orang membutuhkan waktu untuk melakukan dekompresi sepanjang hari. Memberikan rasa 'bersama-sama' sangat penting agar semua bagian yang bergerak dalam tim dapat bekerja sama dengan baik. Seorang pemimpin yang sukses perlu memimpin dari depan, menyingsingkan lengan bajunya dan siap melakukan kesalahan, bukan melemparkan kesalahan.
Kondisi laut yang berubah, angin yang tidak menentu, serta guncangan yang tiap saat datang menuntut pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang tahu teknis, mengerti peta, mampu membaca gelagat alam. Pemimpin seperti ini bukan hanya mampu membawa kapal melewati badai, tetapi juga mampu mengambil hati teamnya.
Maka, perlu disadari bahwa pemimpin tidak bisa bekerja sendiri, ia membutuhkan tenaga dan kemampuan orang lain untuk bekerja bersama mereka. Betul bahwa setiap kapal membutuhkan seorang kapten, tetapi awak kapallah yang menjaganya tetap berjalan.
Betul bahwa kepemimpinan dalam organisasi adalah vital, tetapi para staff lah yang akan mengerjakan dan membawa organisasi bertumbuh.
Semoga bermanfaat,
Salam hangat
Dedy Wijaya
Calon Nahkoda Kapal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H