Setidaknya ada 3 hal utama yang harus dilakukan:
1. Pasang Antena Lebah.Â
Sadari bahwa Anda ada di zona perubahan, ada keinginan besar Anda ingin merubah kebiasaan Anda. Dorongan perubahan ini harus lahir dari dalam diri Anda, tidak bisa karena ajakan orang lain. Karena ketika keinginan berubah datang dari dalam diri maka Anda akan memiliki komitmen yang kuat. Cari alasan yang kuat mengapa anda perlu berubah? bagi saya, alasan terkuat saya adalah keluarga. Sudah cukup mereka mendapatkan energi negatif saya di masa lalu, mereka tidak tahu apa-apa tentang pekerjaan saya, tapi sering sekali menjadi beban pelampiasan emosi negatif saya, akibat ketidakmampuan saya memisahkan dunia kerja dengan dunia personal.
2. Mulai Bergaul dengan Lebah.
Asing? Aneh? Gak biasa? yaa itulah konsekuensinya. Proses perubahan tidak akan terjadi jika Anda tidak bergerak pindah. Ketika Anda ada di kerumunan lalat, Anda akan menjadi lalat, sekuat apapun tekad Anda menjadi lebah, tetap saja Anda lalat. Namun ketika Anda berpindah zona, akan ada progress perubahan yang terjadi, meskipun sangat pelan namun perubahan itu nyata.
Proses itu yang sedang saya alami. Ada di lingkungan para sahabat yang Muslim Oriented memaksa saya belajar lebih tentang agama saya, yaitu islam. Agama yang saya bawa sejak lahir namun selama ini saya hanya jadikan identitas saja :(.
Maka lidah ini mulai terlatih berbicara hal yang baik, mengucapkan hal yang baik dan selalu berusaha bersyukur atas apa saja. Meski sebatas lisan, namun saya percaya lama kelamaan hat ini pun berubah. Mulai terbangun keinginan untuk bisa berkunjung ke baitullah, _ bismillah semoga Allah meridhoi.
3.Belajar Menikmati Serbuk Sari.
Apakah lalat tidak bisa makan serbuk sari bunga? beberapa lalat bisa, bahkan memiliki peran dalam proses penyerbukan. Namun secara hewani lalat lebih tertarik dengan aroma busuk, mereka kawin dan bertelur di atas sampah atau daging busuk. Sehingga semenarik apapun bunga, bagi lalat sampah yang utama. Artinya, bukan berarti lalat tidak bisa memakan serbuk sari, tetapi kecenderungannya yang menjadi motif lalat kembali kepada sampah. Ketika kita ada di zona perubahan, kita akan disuguhi oleh banyak hal yang asing, banyak tidak sama dari sisi ukuran, bentuk, rasa, dan warna. Kalau dilihat dari mata lalat semua itu tidak menarik. Belajarlah menikmati serbuk sari itu, meski tidak mengenyangkan, namun itulah rezekinya.
"Kita tidak akan merasakan bahagia jika hidup ini selalu dipandang dengan mata lalat. Hidup yang hanya sementara ini seharusnya membuat kita memandang hidup sebagai karunia yang luar biasa. Rezeki masing-masing manusia sudah diatur, maka bersyukurlah dengan apa yang kita dapatkan. Terkadang, kita sering memandang dengan mata lalat, yaitu yang kita lihat berupa tumpukan keburukan, ketidakpuasan, dan ketidaksenangan, padahal kita sedang berada di tengah keindahan dari ribuan kebahagiaan."
"Dengan  menggunakan mata lebah yang mampu selalu melihat kebaikan di tengah kehidupan yang menurut kita jauh dari harapan. Hidup adalah pilihan. Apakah kita menggunakan mata lebah atau mata lalat, itu tergantung dari cara kita memandang kehidupan."
Masyallah, ilmu yang sangat luar biasa, tidak semua orang seberuntung saya bisa mendapatkan ilmu beliau
Semoga bermanfaat,
Salam,
Dedy Wijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H