"Tanpa disadari Mas Dedy makin kaya, mungkin belum dalam bentuk harta, tapi sesuatu yang tidak ternilai harganya"
Pesan WA dari seorang mentor yang tidak pernah bosan membuka diri dan hati untuk menjadi teman curhat saya dalam beberapa bulan ini. Saya belajar banyak dari beliau, meskipun secara usia beliau lebih muda, tapi wisdom dan cara beliau menjalankan kehidupan demi mendapat ridho Ilahi membuat saya kagum. Obrolan ringan yang dimulai dengan ungkapan syukur, bahwa kemarin saya masih sempat ke toko kue membeli cake ulang tahun untuk istri tercinta, perjalanan yang nampaknya mustahil dari jakarta selatan ke toko kue yang hanya buka sampai jam 18.30, tapi ternyata Allah mudahkan, jalanan begitu lancar tanpa kemacetan yang berarti.
Tidak semua badai datang mengganggu hidup kita, beberapa datang untuk membersihkan jalan kita.
Saya merasakan hal ini, selama beberapa bulan memasuki dunia entrepreneur yang penuh dengan turbulensi, penuh dengan ketidakpastian, membuat saya sadar bahwa tidak ada sandaran terbaik selain kepada Allah. Dan ketika saya menerima semua rencana Allah, satu demi satu saya diarahkan dan dipertemukan oleh orang-orang yang tepat. Mereka yang mensupport dan memberikan dukungan, rutin menyapa kabar dan saling mendoakan.Â
Meski dunia entrepreneur bukan sesuatu yang baru bagi saya karena memang sejak awal saya "penjual", tapi tetap saja badainya membuat ngilu, semua ilmu dan semua teori entrepreneurship gak berlaku sama sekali. Pilihannya hanya dua, yaitu bertahan atau menyerah.
Badai yang datang begitu rupa-rupa, mulai dari project yang lepas atau gagal, dealing yang deadlock dengan klien, atau partner yang tidak amanah. Ya badai-badai itu begitu kelam, memporakporandakan kepercayan diri saya dan membuat saya frustasi, sempat merasa Allah tidak adil. Namun kalimat diatas lah yang menyadarkan saya, bahwa tidak selamanya badai hadir menghancurkan kita, jangan-jangan justru badai itu harus terjadi sekarang untuk membuat membersihkan jalan kita menuju impian. Saya memaknai hal itu, dan melihat badai yang Allah hadirkan adalah cara Allah menjaga saya dan keluarga, meskipun kami harus serba terdesak, serba kepepet namun Allah menunjukan kebesaran dan kecintaannya dengan mengirimkan orang-orang yang menguatkan kami.
Proses project yang gagal menjadi pembelajaran bahwa saya tidak bisa pakai cara "bar-bar" lagi ketika approach klien, dealing yang deadlock membuat saya percaya bahwa tidak semua klien sesuai dengan value kita, termasuk partner yang tidak amanah menjadi sebuah pembelajaran penting bahwa berkerjasama dengan orang lain harus jelas akadnya, posisi kita harus setara, sehingga tidak dimanfaatkan sebagai pembuka jalan saja.
Apakah badainya kini berhenti? tidak sama sekali dan nampaknya akan ada badai yang lebih besar, tetapi saya kini lebih siap, saya lebih kuat dan saya yakin ada Allah yang menjaga kami. Apakah kini sudah tidak terdesak dan kepepet? ah tidak juga, namun situasi-situasi itu kami jadikan "momen indah", kami capture dan bingkai, dengan tujuan ketika nanti Allah memberikan kami kesempatan naik ke permukaan, semua "momen indah" itu menyadarkan kami untuk tidak jumawa.
"Ibarat tanah, mungkin selama ini kering, sehingga saat ini sedang diproses, dibajak, sedang digemburkan. Hal yang sama dengan hati Mas Dedy yang selama ini kering dan berkarat, sehingga Allah berikan kesempatan untuk berdenyut dan bersih kembali melalui jalan kesulitan. Sehingga nantinya akan siap tumbuh, berdaun, berbunga dan berbuah"
WA penutup yang begitu menenangkan, masyaallah betul memang kini saya makin kaya.