Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sembuhkan Lukamu Sebelum Melangkah Jauh

16 Januari 2024   14:55 Diperbarui: 16 Januari 2024   15:45 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mungkin kita bisa bebas melangkah jika kaki kita masih terluka? 
Meskipun bisa dipaksakan, tapi pasti langkah kita akan terbatas, kita akan terseok-seok dalam perjalanan, lama-lama luka itu membesar, bernanah dan berakibat parah. Terburuknya kaki kita bisa harus diamputasi karena infeksi akut.

Maka, menyembuhkan luka menjadi prioritas utama saat ini.

Pertama, kita bersihkan dahula lukamu dengan cairan alkohol. Pedih, perih, rasanya menusuk-nusuk? memang, tapi itulah proses pengobatannya. Biarkan cairan itu membunuh kuman-kuman yang terlanjur masuk ke dalam lukamu. 
Jangan kau tepis tangan ku, lepaskan saja. 

Setelah itu bersihkan sisa-sisa debu dan bakteri dengan kapas bersih. Agak tekan, dan membuat ngilu. 
Setelah itu baru di jahit, proses penjahitan ini lah yang sungguh menyakitkan, karena tusukan jarum yang harus masuk ke daging membuat darah bercucuran, dan benang yang tebal terasa menarik nyawamu. 

Beberapa orang bahkan pingsan tidak kuasa menahan sakitnya.

Setelah luka itu tertutup jahitan, tetap harus ditutup perban untuk menghindari dari bakteri lagi. 
Akan terjadi pembengkakan disekitar luka, jangan dulu kena air, supaya perban tidak lembab. 
Dan selama proses itu, tubuh anda akan bereaksi. Akan terjadi demam sekitar 2 atau 3 hari, dan dalam kondisi demam itu, sering sekali anda merasakan trauma, bermimpi buruk, atau merasa tidak berdaya, hal itu efek dari berhentinya aktivitas yang biasa anda lakukan, anda dipaksa harus istirahat, diam ditempat, gerak anda terbatas, dan harus disiplin meminum obat antibiotik dan pereda nyeri.  

Semakin dalam luka, semakin lebar infeksi yang terjadi, semakin butuh waktu untuk kering.

Inilah analogi yang sama dalam kehidupan kita, mungkin saat ini kondisi anda seperti ini.
Anda sedang terluka karena ekspektasi kehidupan tidak sesuai. Lalu anda merasa depresi, anxiety, overthingking dan merasa tertinggal. 

Anda merasa tidak mengenal diri anda sendiri, anda marah pada diri anda, marah pada keputusan anda, atau marah pada orang-orang dirumah yang tidak tau apa-apa.

Sahabat yuk kita sadari bahwa luka itu akan merusak diri kita.
Kita harus segera obati sebelum luka itu menggerogoti tubuh kita yang lain.

Kita tidak mau kan menjalani kehidupan seperti orang cacat?

Berhenti sejenak, diam dan mencoba tenang. 
Abaikan sejenak kebisingan di kepalamu. Yang terus berteriak-teriak meragukan dirimu. 
Tidak apa phase berjalanmu tidak sama dengan mereka, tidak apa jika pun kau tertinggal jauh di belakang. 
Ingat, prioritasmu adalah menyembuhkan luka, bukan memperparah luka.

Ambil waktu untuk bicara dengan dirimu sendiri, telisik ke dalam relung jiwa, cari dirimu yang sebenarnya. 
Karena sering sekali ego bersembunyi menggunakan topengmu, dan itu bukan dirimu sesungguhnya. 
Tatap matamu sendiri dan katakan bahwa "kau berharga, kau layak untuk hidup lebih baik dari sebelumnya". 
Katakan "nikmati setiap prosesmu, fokus pada dirimu".

Jangan abaikan lukamu, mungkin kau masih kuat melangkah, tapi seberapa jauh. 
Sudah, duduk diam dan minta tolonglah orang lain untuk membasuh lukamu.
Nikmati kesakitan itu, keluarkan airmatamu, atau jika perlu menangislah.

Yang terpenting, lukamu tertutup rapat.
Dan ketika luka itu mengering dan sembuh, kau bisa kembali fokus melangkah.
Luka itu akan tersisa bekasnya, sebagai pengingat bahwa proses menuju perjalanan kesuksesanmu tidak mudah.


Terima kasih luka, kau ajarkan aku menjadi manusia.
Untuk bisa aku melangkah lagi, kau harus ku tutup rapat.

Semoga bermanfaat

DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun