Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Inisiatif Menjadi Hal Mahal

14 November 2023   11:58 Diperbarui: 16 November 2023   12:30 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menerima tugas dari atasan, pemimpin. (Sumber: Freepik via kompas.com)

"Tolong kerjakan ini, tolong lakukan itu, tolong kamu kesana, tolong ambilkan laporan.." Entah kenapa ada orang yang nyaman dengan menunggu perintah. 

Gemes hati ini melihat orang yang memilih pasif, berdiam diri ketika tidak ada instruksi, merasa tidak ada yang salah.
Setiap kali tidak ada pekerjaan, HP selalu ditangan, bukan untuk berkomunikasi dengan klien atau belajar, tapi main games.

"Toh saya kerja nunggu perintah".. aihhhh mental kacung banget.

Kalau organisasi isinya mental kacung seperti ini, lama-lama organisasi sehebat apapun akan ambruk.

Terlepas apakah orang ini orang yang baru joint atau orang senior, tetap saja, baru bekerja ketika ada perintah itu hal yang fatal. Anda adalah manusia, anda punya nalar, anda bisa bertanya.. "Bapak, Mas, apa yang bisa saya bantu..?" Pertanyaan ini lebih baik daripada anda memilih diam kaya mayat.

Maafkan kalau kalimat ini kurang pas dibaca, maafkan juga luapan emosi ini sampai harus saya tuliskan.
Saya tidak bermaksud menyudutkan orang-orang yang bekerja di level pelaksana, hanya saja, anda harus tahu bahwa pekerjaan anda tidak hanya menunggu perintah, anda harus memiliki inisiatif.

Inisiatif menjadi "hal mahal", inisiatif menjadi pembeda apakah anda hanya bekerja sesuai "apa yang disuruh" atau anda bekerja ingin "menciptakan pengaruh". 

Pertanyaan paling mendasar, apa yang membuat seseorang memilih bersikap pasif, hanya melakukan apa yang diminta?

Setidaknya ada 3 hal yang menjadi alasan seseorang bersikap apatis seperti itu:

1. Merasa nyaman dan terjamin, ia merasa tidak perlu banyak gerak, tidak perlu masuk-masuk amat ke pekerjaan inti, toh apa yang didapat setiap bulan sudah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun