Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghidupkan Hati

27 Juli 2023   12:24 Diperbarui: 27 Juli 2023   12:37 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika mengerjakan sesuatu, jangan mendahulukan atau mengejar uangnya, karena itu akan membuat kita mandek, tidak bertumbuh. Kita akan menjadi orang yang transaksional, dan orang seperti itu ga asyik".

Kalimat ini terdengar basa-basi kalau saya yang mengucapkan, tapi kalimat ini menjadi magnet yang kuat ketika disampaikan oleh orang yang berhasil melewati badai kehidupan, berkarir dari seorang Office Boy hingga menjadi Senior Vice President BCA. 

Saya beruntung bisa kembali belajar dari idola saya, Bapak Suman Situmeang. Seorang bankir specialist yang menangani perdagangan internasional atau Export Import. Profesi yang prestisius, karena tidak semua bankir memahami Export Import.

Kehadiran Pak Suman melengkapi rangkaian program pembekalan yang kami rancang untuk para peserta Officer Development Program di salah satu bank swasta. Di forum ini, bukan hanya peserta yang belajar, tapi saya juga.

"Pak Suman, apa yang membuat Bapak begitu passion akan dunia export import. Bapak tadi sempat cerita, bahwa memulai pekerjaan OB di BCA, saat itu Bapak masih tamatan SMA.  Apakah memang passion ini sudah ada sejak di kampung halaman, atau terbentuk ketika bapak berinteraksi dengan lingkungan BCA?" Tanya salah seorang peserta.

Beliau menjawab; "Memulai perjalanan saya sebagai OB di BCA atas rekomendasi kakak yang bekerja sebagai security di rumah dinas BCA. Saya hanya tamatan SMA, tidak punya pilihan, selain mencoba pekerjaan itu. Berjalannya waktu, ada kesempatan saya ditempatkan menjadi OB di lantai direksi, dan saat itu direksi yang saya layani menangani Perdagangan Internasional. Saya melihat betul dinamika pekerjaan teman-teman yang berkecimpung di Perdagangan Internasional. Berurusan dengan pasar internasional, pasal dan perjanjian internasional yang kompleks, dan hal itu membuat saya merasa tertantang. Saya merasakan gairah yang berbeda.

Berbekal rasa penasaran karena melihat fotocopy dokumen export import yang sangat tidak biasa, saya mematrikan minat saya untuk terjun mempelajari lebih dalam mengenai export import  dan bertekad menjadi ahli di bidang export import.

Yang meledek dan menggunjingkan saya? Banyak.. terlebih sesama OB.
Yang bilang saya ngimpi? lebih banyak lagi.. saya dianggap berhalusinasi.

Tapi justru ketertarikan saya inilah yang membuat saya memiliki determinasi yang kuat.

Sedari muda, bangunlah ketertarikan mu pada suatu bidang. Interesting itu penting, karena ini yang membuat kita tidak mudah patah. Saya bersyukur menemukan ketertarikan saya pada dunia export import ketika saya memulai karir dan saya menuntaskan karir saya sebagai orang yang paham Export Import.

Saya kagum akan jawaban beliau, mungkin jika mendengar cerita dan membaca kisah beliau, kita merasa kalau kita di posisi itu juga bisa. Tapi tidak seperti itu. Di masa serba kekurangan, di masa tidak ada akses informasi seperti saat ini, memiliki determinasi dan mentalitas seperti itu bukan hal yang mudah. Mungkin jika saya ada di posisi beliau saat itu, saya akan bermain aman saja. Saya tidak akan neko-neko. Kerja dengan baik supaya posisi saya tidak tergantikan. Bagi perantauan, menjadi OB di bank dan bisa menghidupi diri sudah sebuah keberhasilan.

Perjalanan panjang beliau menapai karir dari Staf hingga Kepala Pelayanan Perdagangan Internasional BCA, menjadi bukti bahwa determinasi itu membuahkan hasil. Ia berhasil menuntaskan 35 tahun karir beliau di dunia export import, mengantarkan ia menjadi ahli.
Saat ini Pak Suman banyak membantu industri untuk mengedukasi kebijakan dan tata cara perdagangan internasional. Ia berharap banyak pada generasi muda agar aturan, prosedur, dan pasal-pasal perdagangan internasional ini bukan hanya menjadi knowledge, tapi bisa menjadi wisdom. Tidak bisa melihat aturan sebatas aturan, namun paham mengapa aturan ini ada. Tidak sekedar mengerjakan namun memaknai pekerjaan yang dilakukan.

"Di masa purna ini, saya ingin membalas semua kebaikan Tuhan. Apa yang Tuhan berikan kepada saya begitu banyak, saatnya saya membalas semua itu dengan membagikan knowledge yang saya miliki. Saya ingin memberikan dampak, saya ingin menciptakan bankir-bankir yang bukan hanya beraktivitas tapi juga berkualitas. Ilmu dan pengetahuan yang saya miliki tidak akan saya bawa ke liang lahat. Namun ilmu yang saya bagikan semoga bisa memberikan dampak yang akan menerangi jalan kubur saya".

Tidak banyak kita mengenal sosok yang memiliki semangat juang yang besar. Tidak pasrah pada keadaan, namun memilih untuk mendobrak keterbatasan, memilih untuk tidak kalah oleh kesulitan. Sekali lagi, perjalanan beliau tidak semudah yang saya tulis atau saudara-saudara dengar, 35 tahun perjalanan beliau penuh dengan pengorbanan. Gaji sebagai OB yang tidak seberapa harus disiasati agar bisa membayar uang kuliah, membeli buku dan makan. 

Terkadang kita butuh wisata hati seperti ini, mendengarkan dan belajar dari kisah orang lain, bagaimana ia mampu memenangkan "perang"nya, bagaimana ia merangkul keterbatasannya, tidak lantas merasa insecure, justru menjadikan kondisi itu sebagai momentum mengasah diri.

Tidak sekali atau dua kali beliau mengingatkan; Persiapkan diri untuk menyambut kesempatan yang datang. Jangan habiskan waktu hanya untuk memenuhi ego diri. Investasikan waktu untuk belajar hal baru, berkembang dan mempersiapkan diri. Sehingga ketika ada kesempatan, kita sudah layak.

Pelajaran-pelajaran inilah yang akan menghidupkan hati kita, melunakan hati kita, menyadarkan kita bahwa beratnya beban saat ini bukan untuk kita tagisi, namun untuk kita nikmati.

Karena semua orang bisa menjadi seperti Suman Situmeang, terima kasih Pak Suman untuk sharingnya.

Salam,

DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun