Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bergeraklah Merawat Silahturahmi

8 Juli 2023   12:30 Diperbarui: 8 Juli 2023   14:29 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya berusaha melakukan yang terbaik,  selagi diberikan kesempatan oleh kehidupan"

Sepenggal kalimat yang terus melekat di benak saya, obrolan siang itu begitu berkesan.

Beberapa hari lalu saya berjumpa dengan sosok yang saya kagumi, Bapak Onny Widjanarko, beliau sebelumnya menjabat berbagai posisi penting di Bank Sentral; Kepala Transformasi, Kepala Departemen Komunikasi, Kepala Kantor Perwakilan DKI, dan juga sebagai Komisaris Utama Artajasa. Serangkaian posisi yang beliau duduki di Bank Sentral begitu penting, dan ketika pensiun, beliau diberikan amanah baru sebagai komisaris BTPN.

Dengan reputasi dan wawasan yang beliau miliki, saya merasa sangat beruntung mendapatkan atensi beliau.

Bagi saya pribadi, Pak Onny adalah Guru, ciri khas yang tidak pernah berubah sejak saya kenal, humble dan selalu memberikan perhatian penuh saat orang lain berbicara. Beberapa kali berjumpa beliau baik formal atau informal, apapun pertemuannya, dimana pun lokasi kami berjumpa, beliau selalu merangkul dan berbicara layaknya saya pribadi yang penting. Sering sekali justru saya yang merasa canggung, karena beliau "tidak berjarak".

"Tugas kita menjaga dan merawat silahturahmi, karena itulah yang membuat kita lebih hidup" ucap beliau humble.

Saya merenungkan kalimat ini. Betul, ternyata tugas kita adalah merawat silahturahmi. Silahturahmi membuka pintu rezeki. Rezeki bukan hanya tentang uang, bisnis, tapi jaringan, koneksi dan ilmu. Banyak gagal paham akan silahturahmi, seolah silahturahmi hanya basa-basi, jikapun berkunjung ke relasi terkesan mengharapkan atau meminta sesuatu.

Obrolan terus berlanjut, dari pembahasan ringan seperti musik, buku yang sedang dibaca hingga ke konteks kehidupan.
Beliau mensisipkan sebuah analogi yang menarik dan ingin sekali saya bagikan kepada teman-teman. 

Ada sebuah istilah dalam dunia statistik yang disebut dengan Moving Average. Dalam dunia saham, trading, dan investasi, Moving Average dikenal sebagai alat analisa teknikal pergerakan saham dan investasi. Meski turun naik, namun secara long term bertumbuh dan terjadi kenaikan.

Hal ini juga terjadi dalam kehidupan kita, bahwa ada 4 siklus yang kita alami;

1. Moderate (stabil); kehidupan berjalan biasa, flat, normal. Siklus ini membuat kita lengah, merasa nyaman dan tidak ada perkembangan. Hidup hari ini untuk hari ini. Apa yang didapat hari ini, habiskan hari ini. Tidak ada investasi (harta atau ilmu).
Siklus ini sangat berisiko ketika ada gejolak, perubahan, kebijakan sedikit, kita langsung terkontraksi, ambruk ke bawah.

2. Contraction (menurun); Kehidupan kita terkontraksi oleh faktor luar; kehilangan pekerjaan, penurunan pendapatan tetap, gagal berbisnis, kesulitan yang berdampak pada kehidupan kita. Di masa ini kita dituntut berbenah, menyusun kembali prioritas hidup, membuang "lemak" yang menempel dan memperkuat pondasi diri (iman). Di siklus ini kita tidak boleh terlalu lama menagisi kondisi atau menyesali kesalahan, semakin kita berdiam diri, semakin terperosok jatuh.
Kita harus bergerak untuk mendapatkan momentum kebangkitan. Disiplin diri, kencangkan ikat pinggang, bangun mental dan kepercayaan diri. Tidak mudah membangun rasa percaya diri ketika posisi kita dirundung masalah, inilah ujian sesungguhnya, apakah kita memiliki mental quitter atau winner.

3. Reborn (bangkit); Ketika ada siklus di bawah, kita harus memperbanyak aktivitas yang bisa membawa kita bangkit. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan makin besar peluang menemukan momentum tersebut. Kondisi ini sangat rentan, lengah sedikit bisa-bisa kita kembali turun ke bawah. Kita harus "belief" dengan diri kita, jangan mudah berpuas diri, jangan buru-buru spending, simpan pendapatan kita. Akan banyak orang yang menganggap kita aneh, tutup telinga dari omongan orang, kita harus yakin dengan apa yang kita lakukan, terus jaga energi positif.

4. Peak (puncak); ini hasil akumulasi momentum reborn, hasil aktivitas-aktivitas yang kita lakukan. Tapi bukan jaminan sukses selamanya. Justru siklus ini menjadi ujuan kualitas diri kita. Bagaimana attitude kita? bagaimana kita menghargai orang lain? Banyak contoh, mereka yang ada di puncak kejayaan lalu tenggelam karna terbuai dengan eforia sesaat, seolah siklus ini jaminan kesuksesan selamanya.

Yang menarik dari penjelasan 4 siklus diatas adalah, kunci dari setiap siklus hanya satu, yaitu AKTIVITAS. 
Kita harus bergerak, lakukan sesuatu, jangan diam menunggu siklus kita berubah dengan sendirinya. Hal itu tidak akan terjadi, kita harus mengupayakannya dengan berkegiatan.

Kehidupan kita adalah tanggung jawab kita.

Empat siklus ini akan kita temui sepanjang kita hidup, tidak ada jaminan akan terus-terusan dalam kondisi peak, begitupun tidak selamanya kehidupan ini ada di bawah. Semakin kita matang, perubahan siklus ini semakin cepat, karena umumnya kita sudah mengetahui apa yang harus dilakukan menghadapi setiap siklus tersebut.

"Sehingga jika kita bergerak, secara jangka panjang trend pergerakannya naik, tidak flat apalagi decline"

Simple+moving+Average+UNTR
Simple+moving+Average+UNTR
"Inilah seninya, siapapun kita, ada di siklus apapun kehidupan kita saat ini, kita diberikan tanggung jawab yang sama, yaitu beraktivitas"

Meskipun butuh waktu memahami analogi ini, tapi saya setuju, kita wajib beraktivitas.

Saya percaya saat kondisi tidak ideal, tekanan ekonomi, utang, dan masalah lainnya, kita hanya menemukan harapan ketika kita bergerak. Jika kita "mager", merasa tidak mood, jangankan solusi, harapan saja tidak terlihat. Bisa jadi pasangan kitapun malas mendekat. Harapan akan mendatangkan solusi.

"Hal-hal hebat yang datang ke diri kita bisa jadi akumulasi aktivitas yang kita lakukan" ucap beliau sambil merangkul saya.

Entah hal apa yang saya lakukan dahulu hingga diberikan kesempatan belajar dari orang-orang hebat, termasuk belajar dari Pak Onny. Jika diri ini berkaca, siapalah saya, hanya seorang lulusan SMA, penjual ayam kuning keliling dan diberikan kesempatan bekerja dengan seorang motivator sebagai supir, dan diberikan ruang bertumbuh. Dan kini mendapat kesempatan ngobrol dengan orang-orang terhormat. 

"Terus berbuat baik dan perluas spectrum pergaulan kita, setiap orang yang kita temui memiliki peran dan pembelajaran yang bisa jadi pembuka pintu rezeki kita"  

Siapapun yang Tuhan hadirkan dalam perjalanan hidup kita, harus kita rawat tali silahturahmi itu, jangan sebatas kepentingan kita saja. Seolah mereka menjadi perlu dan penting ketika kita butuh sesuatu. Kehadiran mereka bisa bagian dari rencana kehidupan, menjadi sarana kolaborasi untuk bisa reborn dan terus menaik ke posisi peak. 

Sederhana ya, selalu terus bergerak, berusaha dan dengan sengaja merawat silahturahmi menjadi oleh-oleh dari diskusi saya siang itu.


Semoga bermanfaat,

DW

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun