Saya berikan contoh, adalah Arfian Fuandi dan Arie Kurniawan, 2 kakak beradik lulusan SLTA asal Salatiga yang memenangkan desain Jet Engine Bracket dari General Electric dan mampu mengalahkan puluhan insiyur dunia. Mereka tidak ada latar belakang insiyur, tidak juga lulusan oxford, tapi mereka memiliki cara berpikir dan menganalisa sebuah problem dengan cara yang berbeda dibandingkan para insiyur dunia. 2 Kakak beradik ini memiliki hobby membaca, menonton channel youtube design grafis dan tertarik dengan matematika.
Berkat kemenangan itu, kini kakak beradik ini memiliki bisnis jasa design dunia, dimana klien mereka kebanyakan perusahaan internasional.
Jadi, siapapun orang dalam tim anda, mereka memiliki "harta karun" yang tersimpan, tugas anda dengarkan, fasilitasi dan jangan anggap remeh mereka.
3. Mereka Bekerja dengan Anda, bukan Bekerja untuk Anda.
Dari hasil diskusi beberapa karyawan yang memilih keluar daripada capek mental dengan bosnya, saya menangkap signal bahwa kegagalan terbesar para bos itu adalah cara mereka memposisikan timnya.
Bos itu merasa bahwa mereka memberikan makan gratis ke timnya. Para bos yang congak ini merasa milenial ini numpang hidup, terima bayaran, dan tidak bisa mengikuti maunya mereka.
Budaya kolonial ini sudah jadul. Pahami bahwa orang-orang itu adalah tim. Bukan suruhan!. Mereka punya masa depan, tanpa harus bekerja dengan anda.
Gandeng mereka, jalan bersama, selesaikan perjalanan dengan bersama-sama.
Mereka adalah support system yang pasti akan memberhasilkan anda, dan bukankah selayaknya juga anda menjadi support system bagi mereka?
Tanyakan dalam diri anda, apa yang sudah anda lakukan untuk mereka?
Karena keberhasilan anda bukanlah untuk anda seorang.