Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akses Bukan Barangnya

2 Februari 2022   19:07 Diperbarui: 2 Februari 2022   19:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menarik sekali mengupas tentang fenomena Flexing dikalangan masyarakat yang dipicu oleh aksi pamer para Sultan dan Crazy Rich di Media Sosialnya. Hal ini memang sudah cukup meresahkan ya Bun, lebih-lebih buat kita yang penghasilannya "pas-pas an". Melihat keseharian para Sultan ini yang beli ini itu, lalu bagi ini itu ke orang dengan jumlah fantastis, kita merasa kecil dan paling sial ya..
Yang kita tidak sadari, itu adalah strategi, ini adalah sebuah konsep yang memang dimainkan oleh para influencer yang membuat air liur para followers-nya menetes dan mabok angan-angan.

Memang media sosial saat ini benar-benar butuh kesadaran tingkat tinggi. Ada kalanya kita tidak larut dalam aliran main para influencer yang mengejar algoritma dan likes. Butuh kedewasan, jangan "ditelan" mentah-mentah.

Dan hal ini bahaya bagi generasi muda, anak-anak kita. Mereka merasa mudah sekali menjadi kaya, merasa tidak harus bekerja keras, cukup jadi endorsement atau selebram, dan milyaran uang masuk. 

Inilah yang berbahaya..

Mengutip Ucapan Profesor Rhenal Kasali, bahwa orang kaya beneran hidupnya justru tidak dipamerkan. Mereka menikmati hidupnya, mereka bekerja keras, tidak meng-eksploitasi barang-barang branding yang dimiliki. Jadi mereka yang suka pamer barang layaknya etalase toko yang berjalan, bisa kita asumsikan mereka adalah orang yang bukan kaya beneran. Fix, ya! 

Hempaskan pertanyaan yang terbesit di kepada anda ketika melihat pemuda 21 tahun jadi milyader; Koq bisa ya semuda itu udah kaya? 
Percaya deh, semua itu di create, dibangun, diciptakan, demi menarik likes dan viralisme.

Akses ke sumber, bukan barangnya.

Nah, inilah yang menarik. Di era modern dan semua serba cepat, satu point yang kita harus lakukan adalah perbanyak akses.
Maksudnya apa ya? Jadi begini, di zaman yang serba kepo ini, penting sekali kita memiliki akses ke banyak sumber penunjang yang memudahkan hidup kita. Misal kita butuh mobil untuk keluarga, saat ini tidak zaman owning (memiliki) tapi cukup menyewa saja. Bisa harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Ada benefit lain ketika kita menyewa kita bisa mengganti mobil kapanpun.
Jika memiliki, kita akan terbentur dengan daya beli, belum lagi biaya-biaya lain yang keluar, misal pajak tahunan, biaya servis ataupun asuransi. 

Para Selebram yang kita ghibahin itu memiliki akses, mereka tidak perlu memiliki cukup mendapatkan akses.
Orang-orang kaya versi Tik Tok itu dalam rangka membuat akses untuk barang-barang branding datang ke mereka.

Barang-barang belum tentu milik mereka, mereka bisa aja pinjam, atau hanya gimmick.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun