Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mahalnya Sebuah Atensi

2 Maret 2021   10:51 Diperbarui: 2 Maret 2021   10:53 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini dalam perjalanan ke kantor nyaris saja saya menjadi penyebab kecelakaan bagi orang lain.

Di tengah laju motor yang cukup cepat saya tersadarkan kalau saya lupa mengambil dompet yang semalam saya keluarkan dari tas.
Astagaa.. begitu teringat reflek saya langsung mencengkram handle rem, dan spontan mobil, motor dibelakang saya langsung klakson bertubi-tubi.
Saya tidak sadar bahwa reflek saya menarik rem ditengah kendaraan yang melaju cepat bisa menjadi malapetaka bagi orang lain.

Wooiii jangan asal main rem mendadak !!
A****G loo !!

Yaa wajar mereka memaki saya, dan mungkin jika saya ada diposisi mereka saya bisa lebih parah.. :)
Yaa itulah mahalnya sebuah atensi, ketika kita tidak fokus akan sesuatu kita akan mudah dikendalikan oleh reflek tindakan yang datang dari rasa panik.

Saya sampai tidak sadar toh dompet tertinggal bukan akhir dari segalanya, jikapun butuh uang kan ada mobile banking di HP. Hanya saja SIM dan STNK Motor yang memang akan menjadi soal jika ada razia atau harus masuk parkir umum. Tapi semua itu sebenarnya bisa diminimalisir koq.

Kepanikan sering mendatangkan reflek spontan yang justru membahayakan diri kita dan juga orang lain. Ibarat aliran listrik, ketika kita tersadar akan sesuatu sengatan itu membuat kita mengeluarkan tindakan dan ucapan yang sering tidak bisa kita kontrol. Contoh saja, saya pernah mengarang cerita bohong demi menutupi kegagalan saya, lalu tanpa saya sadari teman yang mendengar cerita saya ini bertanya kembali diwaktu yang berbeda, dan ternyata cerita saya berbeda dari versi sebelumnya..

"Katanya kemarin gak closing gara-gara konsumennya nganu mas.."
"Ohhh iyaa itukan karena.. maksudku tuh.. "
dan lain-lain demi menangkis bantahannya

Reflek yang keluar baik dalam ucapan atau tindakan lahir dari pola pikir yang pendek, pola pikir yang ingin selamat sesaat, tanpa mempertimbangkan resiko lebih besar.

Atensi belakangan juga terganggu karena riuhnya per-medsosan, ikut-ikutan membahas poligami dan pelakor lah, atau notifikasi HP yang terus berbunyi menjadi sumber distraction yang membuat kita sulit fokus dalam mengerjakan satu tugas. Atensi juga sering hilang ketika kita merasa masih punya waktu, deadline akhir bulan bukan menjadi ancaman diminggu pertama awal bulan. Dedline menjadi menakutkan ketika H-3, dan kalo sudah kejadian baru deh mencari pembenaran.

Mengutip buku Digital Minimalism karya Cal Newport
Apa yang kita lihat atau dengar dalam keseharian sangat pengaruh pada cara pandang dan kualitas hidup yang kita miliki
Orang yang sulit fokus, cenderung negatif
Atensi penuh akan membuat kita menjadi utuh
Atensi seperti otot, semakin kita latih semakin menjadi kuat
Atensi membawa kita pada kualitas hidup yang lebih baik

Yuuk ah kita coba, semoga bisa yaa :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun