Itulah bahayanya sebuah ekspektasi, rasa nikmat, kesenangan, dan kegembiraan yang dibangun diruang imajinasi kepala kita membuat pelan tapi pasti kita seolah tidak nyata didunia nyata. "Ah nanti juga dapat uang banyak", "Santai nanti juga ada yang datang bawa duit sekoper".
Gile lo dro..
Hingga titik dimana saya tersadar betapa tersesatnya saya, betapa saya salah berharap pada imajinasi yang jelas-jelas tidak pernah ada.
Dititik inilah saya menemukan diri saya, saya ngobrol dengan diri saya, mau apa, strategi apa, bagaimana mulainya
Saya mulai merubah ketergantungan pada ekspektasi dan buaian imajinasi palsu menjadi apresiasi dan hadir 100%. Yaa saya mencoba memberikan apresiasi atas apa yang saya lakukan, saya mensyukuri nafas yang masih lancar, mensyukuri nasi yang masih bisa saya makan, saya mencoba berdamai dengan imajinasi ngaco saya dan mencoba benar-benar hadir. Saya selesaikan satu demi satu masalah, saya hadapi masalah hutang dengan menerima bahwa memang saya yang bersalah, memang saya yang ngemplang tanpa berusaha mencari-cari pembenaran, dan konsisten menyelesaikannya. Percaya atau tidak, itulah yang membuat saya hidup sampai saat ini.
Setiap kali imajinasi mulai muncul, saya berusaha meredam, saya mencoba berdamai dengan mengajak diri ini diskusi, tanpa membawa harapan-harapan kosong.
Hari ini, 1 Maret 2021 saya menjadi pribadi yang melihat lebih jelas, melihat bahwa corona membawa pelajaran besar bagi saya, yaitu mampu mengelola ekspektasi dan apresiasi.
Saya nyata hadir, saya menikmati setiap moment, menjadi diri sendiri dan berusaha untuk tidak terbawa arus imajinasi yang terkadang muncul. Ternyata mengenali diri sendiri itu nikmat, kita disadarkan ada dimana kita, mau kemana kita dan bagaimana kesana. Perbanyak dialog dengan diri sendiri, jujur deh kapan kita ngobrol dengan diri kita?
Apakah hanya saat memilih baju.. "pantas gak ya? terlalu gendut gak sih?" atau saat memilih menu makanan.. "Duh enak sih tapi mahal.." "Udah beli aja uang gampang dicari"..Dialog-dialog yang selama ini terjadi hanya dialog pembenaran, dialog yang tercipta karena konflik keinginan. Coba deh kali ini bangun dialog dengan kesadaran penuh, ajak diri kita terbuka dan jujur, kita ini orang yang seperti apa sih.. seberapa jauh kita dengan impian kita..
Saya tidak ingin bertindak sebagai master, suhu ataupun guru, Tidak.. saya pun masih fakir ilmu, hanya saja saya ingin berbagi bahwa kehadiran corona yang membuat saya ada dititik terbawah kehidupan telah membuat saya sadar bahwa solusi atas masalah yang saya hadapi ada didalam diri saya, bagaimana saya melepaskan diri dari ekspektasi yang belum pasti, dan berusaha mengapresiasi diri saya dan menikmati setiap momen yang ada.
Saya lebih tenang,
Saya lebih merasa damai, dan
Saya merasa bahagia
Salam,
DW