Himbauan pemerintah dalam upaya memerangi wabah Covid 19 adalah memberlakukan pembatasan kegiatan, termasuk meminta perusahaan menerapkan WFH (Work From Home), atau sistem split karyawan.Â
Para pekerja diminta berdiam di rumah, tidak keluar rumah/ lingkungan jika tidak penting-penting amat. Pedagang diminta tidak beraktivitas (jual beli) dulu, sebisa mungkin semua orang melakukan Self Quarantine secara mandiri.
Saya dan juga anda pasti awalnya senang dengan kebijakan ini, merasa bahwa ada kesempatan santai-santai dirumah, namun setelah 5 hari, rasanya jadi aneh.. ada pertanyaan besar, apakah kebijakan ini benar-benar hanya untuk 14 hari saja? atau jangan-jangan..Â
Dan betul, ternyata penyebaran virus yang semakin ganas membuat pemerintah memberlakukan proses karantina mandiri menjadi lebih panjang, sampai kapan? masih belum jelas, ada yang bilang sampai dengan pertengahan April namun ada juga rumor sampai dengan selesai Idul Fitri.. Waduuhh..
Berdiam diri di rumah memang mengasyikan, jika ada kegiatan yang produktif dan menghasilkan. Tetapi bagi saya (dan mungkin juga bagi teman-teman pembaca)?? Ada perasaan ingin kembali ke meja kerja kami, ada kerinduan akan aktivitas kami, kami kangen ruko kami, kami kangen stress dan jam lembur. Justru berdiam diri di rumah membuat otak kami berhenti bekerja, alhasil pekerjaan saya hanya bangun tidur, sarapan, berjemur, makan siang, tidur, olah raga, dan jaga anak.Â
Eits, jangan salah, bukan berarti saya tidak mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan virus Corona, hanya saja bagi saya hal ini terasa asing dan aneh. Mencoba mengisi aktivitas lain?Â
Ya sudah juga saya lakukan.. saya masak, jaga anak, bahkan mulai jualan online. Tapi jujur buat generasi 80an seperti saya yang disebut bekerja konsepnya adalah beraktvitas diluar rumah. Kami (atau jangan-jangan saya doang..) didoktrin bahwa laki-laki harus beraktivitas dan keluar dari rumah setiap hari, lelaki tidak boleh hanya makan tidur saja, harus kerja keras, berangkat pagi pulang pagi jika perlu.
Dan kini, kami diminta menjadi sesuatu yang kami hindari, yaitu berdiam dirumah..Â
Memang dengan kita tidak keluar rumah kita telah meminalisir resiko sebaran virus. Tapi yang menggelitik ada beberapa meme di media sosial seolah menganggap rebahan sebagai bentuk partisipasi masyarakat memerangi Corona.
Hmm.. apa iya?Â
Maafkan buat kegalauan ini.. sepertiya efek kebanyakan makan nasi..