Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Manusia "Kacamata Kuda"

28 September 2019   12:59 Diperbarui: 14 April 2021   17:04 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kacamata kuda (Dokumentasi pribadi)

Manusia "Kacamata Kuda"..
Hmm.. mungkin ini bukan judul orisinil sebuah tulisan, begitu Googling banyak tulisan yang membahas tentang "Kacamata Kuda". 

Tetapi saya tergelitik menuliskan ini.. Mengapa? karena memang benar-benar ada tipe manusia yang memakai "kacamata kuda".

Tidak perlu melihat kanan kiri, jangan-jangan bukan orang lain yang memakai "kacamata kuda", tetapi kita sendiri.

Apa sih makna "kacamata kuda"? 

Kacamata Kuda disebut juga Horse Blinders atau Winkers. Secara umum kacamata kuda dipakai oleh kuda andong/ delman atau kuda yang menarik kereta muatan barang/ manusia. 

Kuda-kuda ini dipasangkan sebuah penutup mata disamping mata mereka, dengan tujuan agar pandangan ke jalan tidak teralihkan oleh situasi di kanan, kiri atau belakangnya. 

Selain kuda penarik kereta, kuda pacu pun menggunakan Kacamata Kuda. Kuda Pacu menggunakan kacamata kuda agar fokus melihat kedepan dan tidak teralihkan oleh titik awal pacu dan juga kuda dikanan dan kirinya.  

Penggunaan kacamata kuda untuk kuda itu sudah tepat, karena itu membantu kuda hanya fokus kedepan, kuda dibuat "tidak peduli" dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tetapi mengapa "kacamata kuda" bagi manusia menjadi berbahaya?

Di era yang serba cepat, era perubahan, dan era yang menutut produktivitas, jelas menuntut banyak hal dari seorang karyawan. Kita tidak bisa menjadi orang yang spesialis, tetapi harus menjadi generalis. Karena "kebisaan" atau kemampuan kita yang kita jual ke perusahaan tidak akan lagi relevan dengan tuntutan perusahaan. Karyawan harus bisa melakukan pekerjaan secara pararel. Bayangkan jika ada seorang yang ahli dalam menggunakan mesin tik. Ia bangga bahwa kemampuan mengoperasikan mesin tik jauh diatas rata-rata orang lain. Dia merasa kejagoannya mampu bertahan lama, nyatanya.. sekarang kita lupa apa itu mesin tik. Mesin tik sangat cocok dieranya, tetapi tidak diera ini. Karena semua orang kini menggunakan komputer/ tablet dalam operasional pekerjaan. 

Orang yang memakai "Kacamata Kuda" adalah orang yang menutup diri dari segala gejala alam, ia menjadi apatis, ia merasa kebisaannya akan menjamin masa depannya. Memang, mereka masih mau dibentuk, belum terlambat, cuma capek aja membentuknya. Sering sekali orang-orang seperti ini ketika diberi tugas baru, mereka langsung manyun, merasa bukan tugasnya. Jika pun dikerjakan ya asal aja.

Penyakit ini bisa jadi ada didiri kita, bukan orang lain. Kita merasa paling ahli, kita merasa paling bisa.. tetapi apakah keahlian dan kebisaan kita masih relevan buat tahun depan, buat 5 tahun lagi? Coba deh masukan Key Words ini di Google; Tantangan Era 2020 atau Ekspektasi Tentang Karyawan.

Digital dan teknologi mengambil alih, dominasi mesin dimana-mana, semua orang sudah digital minded, Ngeri kan?

Ada rasa kuatir ketika kita membayangkan masa depan 3 atau 5 tahun ke depan, apakah kemampuan saya masih bisa laku? Apakah perusahaan dan kursi yang saya tempati saat ini masih ada? Jika semua itu hilang (pekerjaan dan posisi), apakah kita bisa hidup diatas kaki kita sendiri?

Inilah bahayanya "Kacamata kuda" ketika dipakai oleh manusia, kita merasa terpacu dan merasa ada di track yang tepat. Padahal "kuda" lain di kanan dan kiri kita sudah melesat jauh didepan kita. Kita merasa paling benar, padahal kita keluar jalur. 

Bahaya ketika kita tidak berusaha menyalakan alarm diri kita, kita gagal mengantisipasi situasi dan lingkungan perubahan yang terjadi. So, ada baiknya kita buka kacamata kuda kita, kita buka diri, bahwa kita bukanlah satu-satunya kuda yang berlari.

Semoga bermanfaat,

DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun