Manusia "Kacamata Kuda"..
Hmm.. mungkin ini bukan judul orisinil sebuah tulisan, begitu Googling banyak tulisan yang membahas tentang "Kacamata Kuda".Â
Tetapi saya tergelitik menuliskan ini.. Mengapa? karena memang benar-benar ada tipe manusia yang memakai "kacamata kuda".
Tidak perlu melihat kanan kiri, jangan-jangan bukan orang lain yang memakai "kacamata kuda", tetapi kita sendiri.
Apa sih makna "kacamata kuda"?Â
Kacamata Kuda disebut juga Horse Blinders atau Winkers. Secara umum kacamata kuda dipakai oleh kuda andong/ delman atau kuda yang menarik kereta muatan barang/ manusia.Â
Kuda-kuda ini dipasangkan sebuah penutup mata disamping mata mereka, dengan tujuan agar pandangan ke jalan tidak teralihkan oleh situasi di kanan, kiri atau belakangnya.Â
Selain kuda penarik kereta, kuda pacu pun menggunakan Kacamata Kuda. Kuda Pacu menggunakan kacamata kuda agar fokus melihat kedepan dan tidak teralihkan oleh titik awal pacu dan juga kuda dikanan dan kirinya. Â
Penggunaan kacamata kuda untuk kuda itu sudah tepat, karena itu membantu kuda hanya fokus kedepan, kuda dibuat "tidak peduli" dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Tetapi mengapa "kacamata kuda" bagi manusia menjadi berbahaya?
Di era yang serba cepat, era perubahan, dan era yang menutut produktivitas, jelas menuntut banyak hal dari seorang karyawan. Kita tidak bisa menjadi orang yang spesialis, tetapi harus menjadi generalis. Karena "kebisaan" atau kemampuan kita yang kita jual ke perusahaan tidak akan lagi relevan dengan tuntutan perusahaan. Karyawan harus bisa melakukan pekerjaan secara pararel. Bayangkan jika ada seorang yang ahli dalam menggunakan mesin tik. Ia bangga bahwa kemampuan mengoperasikan mesin tik jauh diatas rata-rata orang lain. Dia merasa kejagoannya mampu bertahan lama, nyatanya.. sekarang kita lupa apa itu mesin tik. Mesin tik sangat cocok dieranya, tetapi tidak diera ini. Karena semua orang kini menggunakan komputer/ tablet dalam operasional pekerjaan.Â
Orang yang memakai "Kacamata Kuda" adalah orang yang menutup diri dari segala gejala alam, ia menjadi apatis, ia merasa kebisaannya akan menjamin masa depannya. Memang, mereka masih mau dibentuk, belum terlambat, cuma capek aja membentuknya. Sering sekali orang-orang seperti ini ketika diberi tugas baru, mereka langsung manyun, merasa bukan tugasnya. Jika pun dikerjakan ya asal aja.
Penyakit ini bisa jadi ada didiri kita, bukan orang lain. Kita merasa paling ahli, kita merasa paling bisa.. tetapi apakah keahlian dan kebisaan kita masih relevan buat tahun depan, buat 5 tahun lagi? Coba deh masukan Key Words ini di Google; Tantangan Era 2020 atau Ekspektasi Tentang Karyawan.