Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bibit atau Parasit

10 Desember 2018   10:10 Diperbarui: 10 Desember 2018   10:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Petani yang baik bukan hanya menanam dan merawat bibit yang ia tanam, tetapi juga ia menyingkirkan parasit (ilalang)"


Sebuah kalimat yang entah darimana datangnya tetapi sangat kuat relevansinya dengan situasi dibanyak organisasi saat ini.
Petani dalam konteks ini diibaratkan Pemimpin. Bibit dianalogikan sebagai karyawan unggulan , sedangkan parasit diibaratkan karyawan yang bermasalah. 

Mungkin sudah menjadi adat ketimuran atau bisa dikatakan tidak ada pakem yang tepat bahwa pemimpin juga harus mampu menyingkirkan orang yang bermasalah di organisasinya. Suka atau tidak, salah satu kualitas kepemimpinan adalah Tegas.

Pemimpin harus tegas, bukan keras. Tegas artinya memahami bentuk "rewards and punishment" yang tepat. Tegas berarti bisa memilah masalah personal dan profesional. Tegas berarti tahu bahaya laten dari "ilalang" yang dibiarkan. 

Banyak pemimpin organisasi lebih mengedepankan sikap kerasnya, hanya bisa marah, teriak sana sini, dan bahkan menciptakan atmosfir yang mencekam, seolah-olah kantor seperti neraka. Tetapi apa dampaknya? Semua orang yang ada diorganisasi bukan hanya yang menjadi "ilalang" bahkan "bibit unggul" pun merasa terganggu. 

Para karyawan unggulan ini merasakan hal yang sama seperti karyawan yang bermasalah. Lama kelamaan (dan saya berani bertaruh), yang memilih untuk pergi lebih dulu bukan karyawan yang bermasalah, tetapi karyawan unggulan.

Inilah dampak terbesar ketika pemimpin tidak memiliki fungsi "Stick and Carrot", ketika ada seseorang yang menjadi parasit, tanpa pandang bulu aturan baru diberlakukan, tanpa melihat kontribusi orang per orang. Sang pemimpin merasa, dengan aturan baru ini lebih mudah memitigasi kesalahan yang sama yang akan dilakukan oleh karyawan lain. 

Yang pemimpin itu tidak sadari bahwa setiap orang memiliki karakter yang berbeda. Taruhan kredibilitas pemimpin sangat nyata, ketika pemimpin tidak mampu mencipatakan budaya organisasi yang sehat, seketika karyawan akan melihat reputasi pemimpinnya yang anjlok. 

Kepemimpinan adalah tentang kualitas diri. Kualitas pemimpin yang ada di organisasi. Bagaimana bisa pemimpin memberikan inspirasi ketika pemimpin tidak memiliki kualitas diri yang sesuai dengan title pemimpin. Atau bagaimana bibit bisa bertahan ketika pemimpin justru memilih memelihara parasit.

 Parasit itu akan mengambil saripati bibit, parasit itu akan meracuni pola pikir bibit, dan lama kelamaan, bukan salah parasit ketika lahan pertanian yang ada isinya hanya parasit (ilalang). 

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun