Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menulis Adalah Suatu Cara untuk Bicara, Berkata dan Menyapa

26 November 2017   20:34 Diperbarui: 26 November 2017   20:36 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya setelah vacum menulis blog selama hampir 3 tahun, alhamdulillah malam ini mendapat "hidayah" untuk kembali menyalurkan passion ini. Terima kasih KOMPASIANA yang dengan mudah memberikan izin melalui proses registrasi yang sederhana dan simple walaupun agak ragu karena kali ini menggunakan email yang berbeda.

"Your words can change the world", penggalan kata ini saya temui ketika dipesawat dalam perjalanan Jogja - Jakarta 3 hari lalu. Pelan tapi pasti kalimat ini terus membekas, terbayang bagaimana para revolusioner menuliskan pidato mereka di jaman peperangan, bagaimana kalimat itu tersusun ibarat pasukan yang siap menerabas lawan, dan ketika kata-kata itu tersampaikan maka kata itu ibarat ruh yang hidup dan memacu gelojak para pendahulu untuk memperjuangkan kemerderkaan.

Benar bahwa kata-kata bisa mengubah dunia, bagaimana seorang Bung Karno mampu menggerakan semangat juang rakyat Indonesia melalui orasi yang berapi-api. Bagaimana juga dahulu seorang Martin Luther King menyampaikan impiannya bahwa suatu saat nanti Amerika akan menerima warga kulit hitam sejajar dengan warga kulit putih, ia membayangkan suatu hari ke-4 anaknya akan dinilai dari karakter bukan dari warna kulit. Semua inspirasi itu disalurkan melalui sebuah ide tulisan, disusun menggunakan imajinasi yang kuat, dan melalui proses perenungan. 

Inilah yang membuat sebuah tulisan mampu mengubah dunia..

Kini diera keterbukaan dan digital seperti saat ini, perlu sekali menghidupkan kembali semangat menulis, menulis bukan hanya tentang menyampaikan perasaan, tetapi harus mampu menginspirasi. Tanpa kita sadari bahwa proses menulis kita menjadi hilang subtansinya, dimana banyak orang menulis status di media sosial tanpa ada faedahnya, kebanyakan hal yang ditulisnya lebih menggambarkan perasaannya, seperti salah satu status fb seorang teman yang saya rasa konyol; "koq lapar ya..? enaknya makan mie goreng apa nasi goreng ya?"...  What !!, saya langsung blok orang ini dari pertemanan kami, karena status ini menurut pendapat saya konyol, terlebih dia adalah salah satu orang penting disebuah organisasi. 

Menulis hakikatnya adalah bukan hanya ungkapan perasaan, menulis haruslah mampu menjadi tujuan.
Jika hanya menulis bertujuan dibaca orang kemudian membuat orang merasa muak, maka berhentilah menulis.

"Jika sebuah tulisan bisa bernafas disetiap hati manusia, berarti sejarah dunia mulai dibuka untuk maju kedepan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun