Mohon tunggu...
Dedy Helsyanto
Dedy Helsyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

@dedy_helsyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warganet Milenial yang Menyatukan dan Memajukan

20 Agustus 2019   00:01 Diperbarui: 20 Agustus 2019   00:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Warganet yang termasuk kategori generasi milenial dengan tingginya tingkat terkoneksi internet serta kekritisannya, mempunyai potensi untuk menangkal misinformasi, disinformasi dan juga menyatukan serta memajukan Indonesia"

Ada beberapa dampak dari hoaks atau kabar bohong yang beredar di media sosial, seperti memicu perpecahan, membangun ketakutan, menurunkan reputasi dan membuat fakta menjadi sulit dipercaya.

Diketahui Sebelum dan setelah pencoblosan di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, sangat banyak hoaks tersebar di media sosial yang menyerang penyelenggara, peserta, pihak keamanan dan pengawas Pemilu. 

Hoaks dapat dikatakan mereda ketika Mahkamah Kontitusi (MK) memutuskan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) yang diajukan pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan bahwa pasangan Joko Widodo (Jokowi) -- Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai pemenang pada Pemilihan Presiden (Pilpres).

Data dari Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) pada tahun 2018 mengatakan terdapat 997 hoaks dengan konten yang paling tinggi adalah politik, sebanyak 488 hoaks atau 49% dan disusul dengan konten agama sebanyak 12%. 

Untuk tahun 2019, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sampai dengan bulan pencoblosan, jumlah hoaksnya adalah Januari 175 hoaks, kemudian meningkat pada Februari dengan 353 hoaks dan meningkat lagi menjadi 453 hoaks di bulan Maret dan mencapai puncak di bulan April dengan 486 hoaks. Setelah bulan April jumlah hoaks pun menurun menjadi 402 hoaks di bulan Mei dan 330 hoaks di bulan Juni.

Dari jumlah dan konten hoaks di atas, menjadi catatan penting adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memaparkan hasil risetnya pada tahun 2018, bahwa ada beberapa daerah yang rentan terpapar hoaks yakni Aceh, Jawa Barat dan Banten. 

Ditambah lagi Kominfo menyatakan bahwa penyebar hoaks adalah golongan tua dan diperlengkap dengan hasil survei Indikator Politik yang mengatakan bahwa bukan media atau informasi yang menentukan preferensi politik tetapi preferensi politik yang menentukan informasi atau kabar yang mau diterima oleh para pendukung calon di Pilpres.

Warganet Milenial

Melihat kasus sebaran hoaks pada Pemilu 2019 di atas, melalui posisi dan kompetensinya milenial dapat dikatakan mempunyai peluang untuk memerangi hoaks.

Seperti data dari Forum Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui hasil surveinya yang bertajuk "Indonesia Millenial Report 2019" mengatakan 94,4% milenial Indonesia telah terkoneksi dengan internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun