Analisis yang sederhana ini mungkin saja banyak salahnya atau banyak benarnya. Bisa saja lebih banyak benarnya daripada salahnya. Namun yang pasti, bahasa atau simbol politik di Pilkada Jabar yang ditunjukan oleh Kang Emil, Sule dan Demiz dengan rasa ringan, keninian serta bernas sangat menarik untuk terus diikuti.
Terakhir, kita akan mengetahui apakah Kang Emil memang menolak Demiz secara halus, atau justru Kang Emil akan memposting foto Demiz nantinya?. Hanya waktu yang dapat menjawab. Namun yang mesti diingat adalah Jurgen Habermas dalam The Structural Transformation of The Public Sphere (1991) mengatakan dalam konteks dunia kehidupan politik, kesadaran yang dibangun di dalamnya adalah kesadaran berhadapan dengan objek dan aktor-aktor politik lainnya di dalam ruang publik politik, yang di dalamnya dihasilkan aksi, persepsi dan opini-opini politik. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H