Itu sudah normal, karena di dunia kerja pun yang diterima HRD/atasan juga mayoritas harus sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan atau tempat kerjanya. Prinsip ini seharusnya tidak sulit untuk dipahami.
Tetapi, dengan adanya 'trial' seperti yang dilakukan STY di Timnas Indonesia versi AFF 2024 ini, maka Shin Tae yong akan memiliki tambahan referensi terhadap pemain didikan lokal yang berpotensi untuk dipanggil di timnas senior versi Asia (termasuk Kualifikasi Piala Dunia). Sudah sewajarnya jika opsi/alternatif pemain yang dipanggil adalah pemain liga domestik, karena mereka secara administratif tinggal panggil tanpa perlu jalur naturalisasi.
Inilah mengapa, membawa tim U22 ke Piala AFF 2024 tetap ada bagusnya bagi proyek Timnas Indonesia ke depan, termasuk untuk Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang masih menyisakan empat pertandingan lagi.
Bisa saja, Kadek Arel, Dony Tri Pamungkas, Cahya Supriadi, Achmad Maulana, hingga Victor Dethan dapat dipanggil Timnas Indonesia untuk kualifikasi tersebut. Meski, tentu saja, untuk peluang bermain akan kecil.
Setidaknya, mereka akan merasakan berlatih bersama pemain-pemain senior yang pengalamannya lebih tinggi. Seperti Maarten Paes, Thom Haye, Calvin Verdonk, Kevin Diks, Mees Hilgers, hingga yang paling populer saat ini yakni el Capitano Jay Idzes.
Tentu, ada juga sisi negatifnya. Yakni, susah juara. Poin FIFA berkurang karena susah menang walau hanya berkurang sedikit karena standarnya FIFA 'A' Match (maksimal 5 poin FIFA). Dan tentu saja, peringkat FIFA akan turun jika kalah dan poinnya berkurang.
Tetapi, sisi negatif tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap masa depan Timnas Indonesia. Justru, yang paling berpengaruh adalah sisi positifnya.
Bayangkan, jika pemain-pemain muda ini bisa terpanggil skuat timnas utama dan mendapat kepercayaan bermain. Lalu, ternyata bisa tampil bagus, maka ada potensi dilirik pencari bakat dari luar negeri. Sebab, berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2026, FIFA Matchday, maupun turnamen Asia, akan membuka potensi lebih besar untuk menarik perhatian pencari bakat dari luar negeri dengan skala Asia bahkan Eropa.
Ingat, Indonesia sudah memiliki beberapa pemain keturunan yang mendapat perhatian di Eropa. Seperti Mees Hilgers, Kevin Diks, dan yang paling keren saat ini yakni Jay Idzes. Disebut demikian, karena Jay Idzes bermain di Liga Serie A Italia. Kompetisi tertinggi kedua di Eropa (bahkan dunia) setelah Liga Inggris. Ya, hanya satu strip di bawah English Premier League.
Artinya, jika pemain muda Indonesia bermain bareng pemain-pemain tersebut maka mereka juga akan mendapat sorotan dari pencari bakat Eropa. Itu sudah pasti.
Karena itu, kenapa harus membuat gaduh Timnas Indonesia di Piala AFF 2024?
Bukankah sejak lama Timnas Indonesia dengan Piala AFF seperti Tom and Jerry? Tak pernah 'akur', bukan?
Lihat saja pada 1998. Ada skandal sepak bola gajah, padahal saat itu Indonesia memiliki peringkat FIFA terbaiknya sepanjang sejarah; 76. Kemudian, 2010 yang diisi komposisi terbaik karena menggabungkan pemain senior, usia matang, usia muda, pemain naturalisasi terbaiknya (Cristian Gonzales), dan pemain keturunan pertama di era modern yang berusaha membuktikan kontribusinya (Irfan Bachdim). Tapi, ujung-ujungnya runner-up.