Shin Tae-yong juga bukan pengagum filosofi tiga bek yang populer di Italia dan ditumbuhkan lagi magisnya oleh Antonio Conte di Inter Milan dan Simone Inzaghi di Lazio--sebelum ke Inter.
Seperti yang pernah dia katakan di konten siniar bersama Deddy Corbuzier pasca-Piala AFF 2020 (digelar 2021 karena pandemi Covid-19). Kiblat sepak bola STY justru Pep Guardiola.
Dia pun awalnya menggunakan empat bek saat lanjutan akhir Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan sebelum laga melawan Vietnam di fase grup Piala AFF 2020.
Selepas menahan imbang Vietnam era Park Hang-seo itu dengan skor 0-0, STY mulai menggunakan formasi tiga bek tengah.
Saat itu, belum ada Jordi Amat, Sandy Walsh, maupun Shayne Pattynama yang merupakan tiga pemain keturunan pertama yang dinaturalisasi PSSI.
Hanya ada bocah jangkung Elkan Baggott--bukan naturalisasi--yang juga sempat dikritik karena lambat, tetapi pada akhirnya membentuk trio bek tengah tangguh dengan Rizky Ridho dan Fachruddin Aryanto.
Sejak itu, STY menggunakan tiga bek tengah yang pada kemudian hari meloloskan Indonesia ke Piala Asia 2023 setelah absen sejak 2007. Lolos juga ke Piala Asia U20 2023, Piala Asia U23 2024, bahkan termasuk yang meloloskan Indonesia ke Piala Asia 2027.
Maka dari itu, formasi bukan suatu persoalan dalam sepak bola. Yang menjadi persoalan adalah pemainnya.
Kualitas dan karakteristik pemain akan menentukan bagaimana implementasi dari suatu formasi.
Jangan lupa juga bahwa pemain keturunan dari Eropa sudah tidak asing lagi dengan formasi tiga bek di klubnya masing-masing.
Bahkan, Jay Idzes paling kenal dengan formasi tersebut, karena Venezia yang musim ini bermain di Serie A sudah lekat dengan formasi tiga bek sejak di Serie B.