Secara cerita juga kompleks. Namun, sepertinya masih setelah Raya. Maka dari itu, saya cenderung menyukai bagaimana penggambaran tokoh-tokoh yang terlibat di dalam Encanto.
Ada Mirabel Madrigal yang diperankan--karakter suaranya--oleh Stephanie Beatriz dan Noemi Josefina Flores, karena Mirabel memang punya dua versi, yakni saat masih kecil dan sudah besar. Seperti yang sudah katakan, bahwa ia mirip campuran antara orang Latin--berambut ikal--dari ibunya dengan bule yang dari ayahnya.
Kemudian, ada Isabela Madrigal yang diperankan Diane Guerrero. Penggambaran karakternya juga menarik, berambut hitam lurus dengan kulit coklat eksotis. Terlihat paduan sempurna. Walaupun bukan tokoh utama, namun dia juga patut diperhitungkan dalam cerita di film ini.
Dari sekian tokoh yang muncul di Encanto, saya lebih terpaku pada keberadaan Luisa Madrigal. Tokoh yang diperankan Jessica Darrow ini digambarkan dengan perawakan tinggi-berotot ala perempuan binaraga, alias binaragawati.
Tentu, ini suatu terobosan yang jarang terlihat di film-film animasi terutama yang khas Disney. Setangguh-tangguhnya Mulan, fisiknya masih khas perempuan. Begitu pun dengan Raya. Namun, keberadaan Luisa seperti menunjukkan bahwa Encanto juga tahu tentang tren saat ini yang memperlihatkan perempuan-perempuan yang gemar berolahraga di pusat kebugaran (nge-gym).
Alhasil bentuk idaman perempuan saat ini adalah tubuh berotot, walaupun tentu dengan kadar yang berbeda-beda. Ada yang hampir menyerupai levelnya Ade Rai, ada pula yang lebih menyerupai laki-laki bertubuh atletis ala model, aktor, atau boyband yang asal berperut sixpack dan dada bidang sudah keren.
Atau, kalau yang saya tahu, kebanyakan perempuan bertubuh atletis namun tidak kering, ada di cabang olahraga atletik, terutama lompat tinggi. Indonesia punya perempuan atlet yang bertubuh atletis di lompat galah.
Artinya, dari keberadaan Luisa di Encanto inilah, saya bisa melihat bahwa kadar kecantikan perempuan sudah makin terbuka. Tidak lagi hanya berkutat pada kesetaraan berdasarkan ras, namun juga sudah mengarah ke bentuk fisik yang berdasarkan hal-hal yang bisa bersifat eksternal, alias datang dari luar genetika maupun stereotip tentang fisik ideal perempuan.
Jika sebelumnya, kita hanya bergulat pada penilaian perempuan dengan dua ciri fisik, yakni langsing dan gendut, kini kita punya pilihan lain, yakni berotot. Dan, nyatanya, perempuan berotot tidak kalah cantik kok dengan yang langsing. Tinggal bagaimana si pemilik tubuh punya kepercayaan diri terhadap fisiknya.
Itulah yang saya tangkap dari penggambaran ragam fisik dari tokoh-tokoh di Encanto. Yang kemudian, saya sebut dengan ragam rasa. Rasa yang ditampilkan dalam Encanto dari penggambaran fisiknya terlihat beragam, namun tidak mengecilkan kadar keindahan dari film tersebut. Atau, justru bisa makin indah karena hal tersebut.
Jadi, selamat menonton (lagi) Encanto di platform film digital resmi langganan pembaca.