Meski terasa ribet, namun pengalaman ini membuat saya senang. Setidaknya, pada masa ospek kejurnalisan ini, saya mendapatkan tantangan baru dan pengalaman baru, sekaligus pengetahuan baru.
Ketika menulis berita, seorang penulis tidak hanya berupaya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga mencari informasi seputar fokus berita tersebut sebelum menyalurkannya ke pembaca.
Beruntung, keterampilan dalam mencari informasi sudah terbangun selama menulis artikel di blog dan Kompasiana. Ini membuat saya tidak terlalu kesulitan dalam menyuguhkan informasi ke dalam bentuk berita.
Selain itu, pengalaman menulis berita juga membuat saya belajar menulis efektif. Tidak irit, juga tidak boros.
Saya masih sangat pemula, dan masih sangat perlu untuk belajar menulis berita dengan cara banyak membaca berita. Pengalaman membaca tersebut kemudian diupayakan dapat diimplementasikan ke dalam bentuk penulisan berita.
Saya juga patut mengungkapkan salah satu proses lainnya yang memang dibutuhkan dalam proses penulisan berita, yaitu keberadaan proses komunikasi dan diskusi dengan pihak editor atau redaktur. Bahkan, dalam urusan pemilihan judul juga didiskusikan, sampai akhirnya tulisan saya dapat termuat.
Itu yang juga menjadi pengalaman menarik, meski bukan yang pertama kali. Namun, saya menjadi paham, bahwa dalam penulisan berita, seorang penulis sangat perlu untuk berkoordinasi dengan orang lain guna membentuk sajian berita yang sesuai target kolektif, bukan individu.
Artinya, ketika saya menulis berita, saya tidak boleh menutup diri terhadap segala kemungkinan yang harus ada dalam berita tersebut. Saya tidak boleh merasa apa yang saya tulis sudah tepat.
Itulah yang biasanya muncul dalam pikiran saya ketika menulis artikel. Ada kecenderungan sudah merasa menulis dengan tepat, padahal belum tentu demikian.
Artinya, menulis berita dapat membuat seorang penulis menjadi belajar untuk tidak egois dan tidak narsis. Penulis harus dapat menjadi pihak yang senetral mungkin, walaupun harus memperhatikan fokus yang ingin disampaikan lewat tulisannya--masih ada unsur subjektif.
Kurang-lebih, inilah yang ingin saya ceritakan lewat tulisan tentang masa pengospekan saya di dunia kejurnalisan. Dunia yang sebenarnya ragu untuk saya masuki, namun pada kenyataannya telah saya masuki.