Dari situlah saya mendapatkan tantangan meski masih di situs blog pribadi. Sampai kemudian, tantangan terasa meningkat setelah menulis di Kompasiana.
Meskipun, memulainya dengan tulisan tentang sepak bola. Tantangannya kali ini adalah membuka ruang yang lebih terbuka lagi dibanding situs blog yang memang belum dikelola secanggih blogger pada umumnya.
Tantangan terus berlanjut. Dari yang mencoba rutin membuat tulisan yang dapat memperoleh sematan "Pilihan" atau "Highlight", sampai memperoleh "Headline" atau "Artikel Utama".
Kemudian, topik yang ditulis pun makin beragam. Mau tidak mau itu harus dilakukan. Terutama ketika mengikuti blog competition, salah satunya dengan mengikuti "Samber THR".
Ketika menulis di Kompasiana, saya merasa bersyukur pernah memulai awal menulis di situs blog terlebih dahulu. Ini yang membuat tulisan saya tidak terlalu "ancur-ancuran" kalau menggunakan istilah di kalangan penggemar sepak bola masa kini.
Menariknya, ketika menulis di Kompasiana, saya juga menemukan pengalaman dalam menulis beragam topik. Bahkan tentang politik dan pemerintahan pernah saya tulis, meski jumlahnya sangat sedikit dan cenderung tidak berani menulis topik tersebut.
Ini yang kemudian membuat saya cukup sering menolak kesempatan untuk menulis tentang politik dan pemerintahan. Hanya saja, saya bukanlah "The Ancient One" (Dr. Strange 2016) yang bisa melihat masa depan, lalu berupaya mengubahnya berkali-kali sampai akhirnya menyerah.
Maka dari itu, saya tidak menyangka jika tantangan saya ketika mencoba menulis di tempat yang baru untuk mengasah keterampilan menulis lebih baik lagi, ternyata tidak ada kaitannya dengan objek yang saya sukai, yaitu sepak bola.
Tulisan pertama saya untuk menjawab tantangan di tempat baru tersebut adalah tentang politik-pemerintahan. Di dalamnya terdapat perundang-undangan, yang kemudian menjadi fokus dari tulisan tersebut.
Menariknya, saya tidak menolak, dan justru merasa tertantang untuk menulisnya. Karena, kali ini bentuk tulisannya adalah berita.