Sayangnya, Irfan Jaya kurang tenang, dan bola juga sedikit lebih kencang. Momen bagus itu pun harus menjadi hampa.
Uniknya, pemandangan ini juga terjadi di Singapura. Permainannya 11-12 dengan Indonesia. Salah oper, salah posisi, dan kurang tahu harus bergerak ke mana.
Inilah yang kemudian mempertebal kesan saya dalam menilai laga ini seperti pertandingan yang sering disuguhkan di Liga 1. Kebanyakan klub di Liga 1 bermain seperti Serie A, yang bermain bola-bola panjang.
Kalau tidak percaya, silakan cek di bagian referensi yang saya cantumkan di bagan "Terkait". Di situ, bahkan ada analisis dan data yang menggambarkan permainan Liga 1 seperti apa.
Bentuk permainan di kompetisi sepak bola tertinggi Indonesia ini juga cenderung seperti English Premier League, jika yang bermain klub semenjana. Bedanya, kualitas teknik dasar di pemain EPL masih lebih bagus. Dan tentu saja, saya malas menonton klub semenjana bermain.
Sedangkan di Serie A, saya seperti melihat permainan direct football sebagai tren saat ini. Padahal, di sana sebenarnya banyak diisi oleh pemain-pemain tua.
Tetapi, permainan mereka justru mengandalkan kecepatan berlari untuk segera mengisi ruang kosong di lini depan maupun lini belakang. Unik!