Selama ini, saya berpikir kalau sepak bola Indonesia mirip sepak bola di Inggris. Bukan soal prestasinya, melainkan segala fenomena menyedihkannya.
Salah satunya adalah fenomena suporter rusuh yang mirip dengan zaman 'jahiliyah' suporter Inggris sebelum terkena sanksi oleh UEFA akibat kerusuhan di laga Liverpool kontra Juventus. Suporter Indonesia pun menirunya.
Walaupun kemudian, sekarang "parameter" kerusuhan suporter Indonesia mirip dengan suporter Italia. Suporter Italia gampang mengamuk, rasis, dan suka menyalakan flare saat pertandingan berlangsung.
Untuk poin rasis, suporter Indonesia menurut pengamatan sekilas saya, sekarang sudah bisa dikatakan tidak ada. Namun, untuk dua poin lainnya, masih ada.
Baca juga: Menelusuri Penyebab Kerusuhan Suporter di Indonesia
Meski begitu, saya masih lebih suka menyamakan Indonesia dengan Inggris. Kenapa?
Sepak bola Inggris masih cenderung kurang ramah dengan pelatih dan pemain lokal. Lihat saja, klub-klub Inggris yang berprestasi di kancah Eropa dan domestiknya, kekuatan intinya ada di pelatih dan pemain asing.
Untuk poin ini, mungkin di lain waktu akan saya uraikan secara khusus. Karena, saat ini, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat fenomena unik yang kebetulan sangat segar di mata penggemar sepak bola Indonesia.