Sedangkan, pada dewasa ini, pendapat saya bisa saja sama dengan pendapat orang di rumah yang berbeda, kampung yang berbeda, hingga negara yang berbeda.
Penyebab saya merasa yakin bahwa sayalah yang punya suatu pemikiran tersebut, hanyalah faktor ketidaktahuan.
Ketidaktahuan itu bisa berasal dari keterbatasan pengetahuan yang masuk, hingga kurangnya jalinan interaksi yang biasanya menjadi gerbang masuknya informasi.
Itulah mengapa, ketika saya membaca artikel opini yang kemudian diperkuat dengan teori maupun konsep yang sesuai ruang lingkup topiknya, maka saya sangat mengapresiasi artikel tersebut. Dan, artikel-artikel opini seperti itu dihasilkan pula oleh ketiga nominee 'srikandi opini 2021'.
Contohnya ada di ulasan tentang Permendikbudristek PPKS yang diunggah Luna, Deforestasi di Brazil oleh Jeniffer, dan fenomena PNS membolos dari Kazena. Ketiganya mengulas topik berat dengan opini yang disertai konsep, regulasi, dan pembanding.
Itu yang membuat artikel opini mereka tidak bisa dianggap sekadar pendapat subjektif, melainkan upaya pengungkapan fakta yang diwakili oleh individu-individu, yang diantaranya adalah mereka.
Dari sini, saya juga menganggap keberhasilan mereka mendominasi kategori opini adalah bukti kuat bahwa perempuan dewasa ini sudah bisa bersikap kritis. Kalaupun di antara mereka mungkin jarang cerewet secara verbal, mereka masih bisa melepaskan energi cerewet mereka lewat tulisan yang berkualitas.
Dan dewasa ini, tulisan-tulisan berkualitas sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas literasi kita, termasuk lewat media digital. Ditambah, kalau antara si penyampai dengan si penyimak punya kesamaan jenis kelamin.
Memang, lalu-lintas pengetahuan tidak mengenal jenis kelamin. Tetapi, kita juga harus menyadari bahwa koridor pengetahuan antara perempuan dengan laki-laki cukup banyak yang berbeda.
Contohnya adalah pengetahuan tentang fesyen, gaya hidup, sampai tentang jenis hiburan, yang biasanya antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan. Belum lagi kalau membahas tentang cinta, antara laki-laki dan perempuan, biasanya ada perbedaan dalam memahami cinta.
Kemudian, dalam pertukaran informasi, gaya berbahasa dalam sebuah tulisan juga menentukan terserap-tidaknya informasi tersebut oleh pembaca. Bahkan, bisa saja itu dikarenakan gaya berbahasa laki-laki dengan perempuan berbeda.