Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Malam Kelam Juventus di Stamford Bridge

24 November 2021   15:04 Diperbarui: 25 November 2021   12:51 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Chelsea merayakan kemenangan atas Juventus di Stamford Bridge (24/11).| Sumber: AFP/Adrian Dennis via Kompas.com

Duel sengit antara Juventus vs Chelsea di pertemuan pertama bisa menjadi acuan bagi penggemar Juventus untuk yakin, bahwa Leonardo Bonucci dkk dapat merepotkan 'The Blues' di Stamford Bridge pada pertemuan kedua (24/11). Ditambah, laga ini cukup menentukan siapa yang akan menjadi juara grup.

Menjadi juara grup adalah keuntungan yang harus diincar oleh kedua tim, karena akan menghindarkan mereka dari calon lawan yang sulit di babak 16 besar. Poin ini yang menjadi motivasi besar, terutama bagi Juventus.

Maklum, mereka sedang menjalani musim yang sulit saat ini. Di Serie A, mereka kesulitan untuk bersaing di zona papan atas.

Itu yang membuat mereka harus memperhitungkan Liga Champions untuk tidak sepenuhnya kehilangan jati diri sebagai tim besar di Eropa. Bahkan, sejauh ini, merekalah wajah terbaik Serie A.

Inter Milan, AC Milan, dan Atalanta masih menjadi lelucon di panggung gemerlap. Terutama Inter Milan, yang masih terlihat belum meyakinkan di Eropa, meski mereka kini tampil sebagai juara Serie A musim lalu.

AC Milan bisa sedikit dimaafkan, karena mereka baru kembali pentas di Liga Champions. Maklum, kalau mereka masih demam panggung.

Kalau Atalanta, biarkan mereka menjadi tim penghibur lewat agresivitas lini depannya dan kekeroposan lini belakangnya. Begitulah cara kerja penghibur, yaitu membuat penonton senang dan tidak mengantuk lewat banjir gol.

Sebagai tim yang konsisten tampil di Liga Champions, minimal sejak 2011, Juventus tentu tidak ingin seperti mereka. Juventus harus menunjukkan tampang yang dewasa selayaknya julukan mereka, La Vecchia Signora.

Itulah mengapa, sekarut-marutnya Juventus, mereka masih selalu berupaya memberikan upaya paling maksimal di Liga Champions. Termasuk musim ini, dan sudah dibuktikan dengan keberhasilan mereka lolos ke fase 16 besar sejak matchday ke-4.

Hanya saja, bermain tandang bukanlah pekerjaan mudah bagi Juventus, apalagi tempat yang dikunjungi adalah Stamford Bridge. Chelsea tentu tidak ingin dipermalukan dua kali dan apalagi di kandangnya.

Itu yang sepertinya kurang disiasati dengan baik oleh Juventus. Massimiliano Allegri cenderung seperti hanya menargetkan anak asuhnya tampil agresif di awal babak pertama untuk mencari gol pengejut tuan rumah.

Bisa dilihat dari upaya membangun serangan dari Andrea Locatelli, Federico Chiesa, dan Alvaro Morata yang sempat membuat repot pertahanan sisi kanan Chelsea. Juventus juga bermain cukup agresif dalam bertarung di tengah hingga membuat Chelsea harus melambatkan tempo permainan.

Tetapi, kita bisa melihat bahwa Chelsea bermain dengan tidak panik. Mereka seperti tahu bahwa lawan akan bermain seperti itu, dan mereka masih fokus dengan rencana permainan yang mereka buat.

Rencana permainan itu adalah mengontrol pertandingan. Chelsea harus meredam serangan Juventus sekaligus mendikte pertahanan Juventus.

Ketika bertahan, Chelsea menerapkan tekanan dengan garis tinggi lewat pemain lini serang dan lini tengah. Sedangkan, pada lini belakang sudah ada yang siap dengan potensi ada bola jauh yang diarahkan ke Chiesa atau Morata yang kali ini diduetkan sebagai penyerang tengah.

Lalu, saat menyerang, skuad asuhan Thomas Tuchel berupaya menerapkan banyak titik peluang untuk menjadi gol. Atau, minimal tendangan tepat sasaran.

Saat membangun serangan lewat permainan terbuka, Chelsea sudah menunjukkan tanda bagaimana mereka membangun serangan yang berbahaya. Mereka mampu mengombinasikan sisi sayap, baik kiri dan kanan, dengan sisi tengah.

Transisi serangan juga cukup bagus, namun bek-bek Juventus masih sangat fokus. Fokus mereka baru buyar ketika momen bola mati berhasil menjadi titik peluang bagi Chelsea untuk menjadi gol dari Trevoh Chalobah.

Gol di menit ke-25 itu sukses menjadi pembangkit semangat tim tuan rumah untuk memberi tekanan mental bagi lawan. Juventus sebenarnya cukup cepat bereaksi, namun usaha Morata dan Weston McKennie gagal berbuah gol.

Formasi Juventus di Stamford Bridge (24/11). Sumber: Google/search: UCL
Formasi Juventus di Stamford Bridge (24/11). Sumber: Google/search: UCL

Di babak kedua, Juventus diharapkan untuk bangkit dan mengambil-alih inisiasi serangan. Karena, mereka harus mencari gol penyeimbang kedudukan, agar mereka tidak makin kehilangan kepercayaan diri di kandang lawan.

Namun, Chelsea seperti tidak mengizinkan hal itu terjadi. Chelsea bermain lebih agresif, dan kembali menunjukkan cara terbaik membongkar pertahanan solid Juventus dengan kombinasi serangan dari sisi sayap dan tengah dengan cepat.

Itu yang membedakan antara cara menyerang Chelsea dengan Juventus. Chelsea ketika menyerang meskipun sangat membutuhkan pemain sayap, mereka bisa mengubah serangan ke tengah dengan cepat, bahkan bola kemudian menyeberang ke sisi sayap lainnya, bukan kembali ke titik awal.

Chelsea juga bisa membangun serangan dari sisi tengah dan selalu bisa menemukan pemain-pemain yang suportif untuk bisa membuka ruang. Pemain-pemain Chelsea juga tidak segan untuk bermain individual, walaupun tidak berlebihan.

Formasi jitu tuan rumah dengan menjadikan Christian Pulisic sebagai 'false nine'. Sumber: Google/search: UCL
Formasi jitu tuan rumah dengan menjadikan Christian Pulisic sebagai 'false nine'. Sumber: Google/search: UCL

Juventus sebenarnya punya "template" yang sama, karena memang cara membongkar pertahanan rapat dewasa ini biasanya mengandalkan sisi sayap untuk merenggangkan pertahanan lawan. Tetapi, aliran bola di Juventus cenderung tidak cepat.

Kalaupun cepat, biasanya karena pergerakan individual. Itu pun masih mudah diantisipasi, karena pemain-pemain Chelsea selalu menempatkan dua pemain untuk menjaga satu pemain aktif--menguasai bola.

Juventus juga terlihat kehilangan fokus dalam bertahan, karena pergerakan mereka untuk mengantisipasi transisi bola dari belakang ke depan maupun dari kanan ke kiri atau sebaliknya, terlihat lambat.

Itu bisa dilihat dari gol kedua Chelsea yang dicetak Reece James (55'). Ruang tembaknya cukup lebar, dan membuat Wojciech Szczesny tak mampu menghalau bola yang meluncur deras ke tiang jauh.

Mantan kiper Arsenal itu kembali harus memungut bola dari gawangnya hanya berselang tiga menit (58'). Kali ini lewat Callum Hudson-Odoi yang bisa memanfaatkan kelengahan super tinggi pemain Juventus.

Pemandangan mengerikan terjadi ketika tiga-empat pemain Juventus di dalam kotak penalti hanya fokus dengan satu pemain Chelsea yang sedang menguasai bola. Itu sebuah kesalahan fatal dari pertahanan Juventus, yang kemudian bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Chelsea.

Kemudian, gol keempat yang diciptakan Timo Werner (90+5') makin menegaskan bahwa Chelsea mampu mendikte pertahanan Juventus dengan peralihan-peralihan bola dari satu titik ke titik lain dengan cepat dan tanpa terdeteksi oleh para pemain Juventus.

Malam kelam pun tercipta bagi Juventus, karena mereka ternyata harus takluk 4-0 dari lawan. Mereka seperti terlalu yakin, bahwa strategi di pertemuan pertama akan kembali ampuh untuk membuat Chelsea gagal mencetak peluang tepat sasaran.

Perbandingan statistik antara pertemuan pertama dan kedua. Sumber: Google/search: UCL
Perbandingan statistik antara pertemuan pertama dan kedua. Sumber: Google/search: UCL

Padahal, sebagai tim yang ingin membalas kekalahan di pertemuan pertama, tentu Chelsea harus mengubah cara bermainnya. Itulah yang dilakukan Chelsea dan gagal diantisipasi oleh Juventus.

Kini, peluang Juventus untuk finis sebagai juara grup mengecil. Mereka hanya bisa berharap Chelsea kalah di laga terakhir fase grup, meski itu adalah kemungkinan yang kecil untuk terjadi.

Kita lihat saja, nanti.

Klasemen sementara Grup H pasca-matchday kelima. Sumber: Google/search: UCL
Klasemen sementara Grup H pasca-matchday kelima. Sumber: Google/search: UCL

Malang, 24 November 2021

Deddy Husein S.

Terkait: Thechelseachronicle.com, Beritasatu.com, Kompas.com, Goal.com, Republika.co.id.

Baca juga: Kekalahan yang Dibutuhkan Bayern Munchen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun