Mereka hanya punya "jatah" empat posisi yang belum lagi harus diperjuangkan dengan tim lain seperti Repsol Honda, Red Bull KTM, dan Aprilia Racing. Artinya, musim depan adalah sirine darurat bagi lawan-lawan Ducati.
Jika mereka ingin kembali menggagalkan mimpi panjang Ducati, yaitu mengantarkan pembalapnya menjadi juara dunia, maka satu-satunya cara adalah meningkatkan kualitas motor mereka. Karena, tim seperti Yamaha dan Suzuki sebenarnya sudah punya pembalap tangguh.
Hanya saja, mereka mulai tidak berkutik dengan serangan motor-motor Ducati. Bahkan, sekalipun Quartararo bisa menang lima kali musim ini, dia sebenarnya harus berjuang sangat keras melawan banyak motor Ducati.
Di paruh awal, dia harus berjuang melawan duo Pramac Racing, Johann Zarco dan Jorge Martin. Di paruh kedua, Quartararo harus berjibaku menahan laju duo Ducati Lenovo, Bagnaia dan Miller.
Satu-satunya keuntungan Quartararo musim ini adalah dia melawan inkonsistensi para pembalap Ducati. Dan, jika berkaca pada kegagalan Joan Mir musim ini dalam mempertahankan gelar juara dunianya musim 2020, maka Quartararo punya kemungkinan buruk seperti itu pada musim depan.
Karena, Ducati pasti akan banyak belajar dari kesalahan musim ini. Terutama inkonsistensi pembalapnya. Musim depan, Bagnaia, Miller, Zarco, Martin, hingga Bastianini kemungkinan besar akan lebih mampu mengelola kecepatan motornya agar tidak mudah jatuh dan kehilangan banyak poin.
Itu seperti yang dilakukan Quartararo atas kegagalannya musim 2020, yang diperbaiki di musim ini, sampai kemudian berbuah gelar juara dunia. Bagnaia yang musim ini menjadi runner-up kemungkinan menjadi kandidat kuat juara dunia dari Ducati.
Hanya saja, Bagnaia juga harus mewaspadai rekan setimnya, Miller. Karena, pembalap Australia itu juga punya keharusan untuk tampil sangat bagus musim depan, agar posisinya di tim pabrikan tidak tergeser oleh Zarco atau Martin.
Baca juga: Lagu Lama Ducati
Nasib sedikit beruntung mungkin masih ada di Bagnaia, karena dia pembalap Italia. Meski begitu, dia juga harus berpikir bahwa Ducati juga sudah punya banyak "stok" Italia, terutama Enea Bastianini.
Jika berkaca pada musim ini, Bagnaia sudah mulai bisa mengalahkan tekanan yang ada di pundaknya. Tinggal, bagaimana dia bisa memulai konsistensi yang dia dapat di paruh akhir musim ini ke awal musim depan.