Sejak 7 November lalu, saya terus menemukan "gunjingan" publik tentang Darryn Binder. Bagi penggemar balap motor Grand Prix, pasti nama ini sudah tidak asing lagi.
Karena, sejak 2011, nama Binder sudah ada di buku sejarah Grand Prix. Hanya saja, saat itu namanya bukan Darryn Binder, melainkan Brad Binder.
Dia adalah kakak dari Darryn, yang beda tiga tahun. Brad kelahiran 1995, Darryn kelahiran 1998. Karena, Brad debut di Grand Prix pada 2011, maka saat itu kelas terbawah masih bernama GP 125cc, sesuai dengan kapasitas mesin yang diregulasikan saat itu.
Baru, pada 2012, GP 125cc berubah menjadi Moto3, yang kemudian regulasi mesin pada motornya juga berubah. Dari 125cc menjadi 250cc.
Brad Binder mengarungi kelas 125cc dan Moto3 sejak 2011-2016. Perlu faktor krusial yang membuat Binder akhirnya naik kelas ke Moto2, yaitu menjadi juara dunia.
Artinya, perjalanan karier Brad Binder dan performanya, tidak 'semeledak' Pedro Acosta di musim perdananya di Grand Prix. Seperti yang sudah kita tahu, Acosta berhasil menjadi juara dunia Moto3 langsung di musim perdananya.
Meski begitu, apa yang dicapai Brad Binder seperti telah membuat adiknya, Darryn Binder, terbebani. Darryn Binder berlaga di Moto3 pada musim 2015, artinya selama dua musim, ada duo Binder di Moto3.
Selepas Brad promosi ke Moto3 pada 2017, Darryn digadang-gadang akan menjadi suksesor sang kakak. Dia pun menjalani karier mirip dengan Brad, yaitu dari tim Mahindra ke KTM.
Progresnya selama empat musim--sejak 2015--di Moto3 pun sekilas mirip Brad, perlahan-lahan namun bisa memperbaiki peringkat di tiap akhir musim. Hanya saja, pada musim 2019, Darryn malah turun peringkat. Itu yang membuatnya perlu bertahan di Moto3.