Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hunian Vertikal, antara Pengaruh Drakor dan Kenyataan Hidup

30 Oktober 2021   17:33 Diperbarui: 31 Oktober 2021   18:00 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu drakor tentang hunian vertikal, Penthouse (2020) | Photo by: SBS doc via Hancinema

O ya, menyinggung tentang kaum milenial, yang saya maksud di sini adalah kaum generasi Y--yang tepat disebut milenial. 

Mereka adalah generasi yang lahir di kisaran 1980-1995. Kalau dihitung di tahun 2021, mereka saat ini berusia di antara 26-41 tahun.

Makanya di usia segitu, mereka sudah pasti pusing memikirkan tempat hunian. Sampai kemudian, yang paling masuk akal dan masuk ke standar ketebalan dompet adalah hunian vertikal.

Hunian vertikal menjadi 'atap' terbaik, karena tidak harus membeli. Hunian vertikal bisa disewa dengan harga yang lebih masuk akal bagi kantung mereka yang belum tentu sudah rutin menebal tiap bulan.

Alasannya sederhana, kaum milenial juga cukup identik dengan pekerjaan yang tidak tetap. Misalnya, bulan ini menjadi bartender, tiga bulan selanjutnya menjadi asisten fotografer di sebuah studio milik teman, tiga bulan selanjutnya jadi kasir rumah makan cepat saji. Sangat tidak stabil.

Belum lagi dengan tren dewasa ini, yang menggoda kaum milenial untuk menjadi freelancer. Terkadang, jika dilihat dari luar seperti profesi yang menyenangkan, karena waktu bekerjanya fleksibel.

Kenyataannya, waktu bekerja yang fleksibel itu juga cukup seirama dengan volume dompet yang tak kalah fleksibel. Ironis, kan?

Selain itu, kaum milenial juga ternyata suka menonton drakor. Kalau berdasarkan pengalaman saya, saat masa kecil hingga remaja (2000-an sampai 2010-an), sudah banyak orang menggandrungi drakor, yang saat itu tayang tiap sore hari.

Kemudian, yang paling membekas saat menonton drakor adalah melihat para tokoh banyak yang tinggal di apartemen. Kalau waktu saya kecil, salah satu drakor yang memperlihatkan hunian vertikal adalah "My Sassy Girl" (2001).

Kalau sekarang, salah satu drakor yang sangat lekat dengan hunian vertikal adalah "My Secret Terrius" (2018). Hampir sepanjang 32 episode yang ada, kita disuguhkan dengan adegan di apartemen, baik yang bagian dalam apartemen maupun bagian luarnya.

Pada bagian dalam, tentu kita akan mengetahui kehidupan dua tokoh utama yang kebetulan tinggal di tower yang sama, dan di lantai yang sama. Bedanya, yang satu adalah single parent, yang satunya single fighter--alias jomlo yang masih belum move on.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun