Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Hasil MotoGP Emilia Romagna 2021: Gejolak Drama yang Happy Ending untuk Yamaha

25 Oktober 2021   01:06 Diperbarui: 25 Oktober 2021   20:15 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marc Marquez makin menunjukkan tajinya untuk persiapan musim depan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Dramatis! Ini yang saya pikir ketika menonton MotoGP di seri Emilia Romagna (24/10). Bahkan, sebelum balapan dimulai, saya melihat ada bumbu drama yang sudah tersebar di barisan start pembalap.

Itu bisa ditandai dengan posisi start Fabio Quartararo yang jauh dari posisi terdepan yang justru diisi oleh Francesco Bagnaia. Dua pembalap ini adalah petarung terakhir yang memperebutkan juara dunia MotoGP 2021.

Quartararo yang sedang memimpin klasemen, sebenarnya mempunyai syarat yang berat jika ingin mengunci gelar juara di seri ini, yaitu finis di depan Bagnaia. Namun, syarat itu terlihat makin berat ketika dirinya harus memulai balap dari posisi ke-15.

Hal ini tidak lepas dari faktor cuaca yang selama Jumat dan Sabtu dilanda hujan. Ini membuat Quartararo tidak mendapatkan kenyamanan dalam memacu motornya di kecepatan yang ideal.

Tentu, faktor menjaga peluang untuk juara dunia juga membuat Quartararo harus bermain aman. Berbeda dengan pembalap lain yang berusaha memanfaatkan situasi hujan untuk merangsek ke depan.

Termasuk Bagnaia yang memang harus totalitas di seri ini, jika dirinya ingin tetap merawat asa juara dunia musim ini. Faktor karakter motor yang mendukung di trek basah juga membuat Bagnaia harus tampil cepat dan memulai balap dari depan.

Keuntungan itu yang kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Bagnaia selepas balapan dimulai. Tidak ada perubahan posisi pada dua pembalap terdepan, karena Jack Miller yang start dari posisi kedua juga langsung "mengawal" Bagnaia dari belakang.

Baca juga: Misteri Podium Bagnaia di COTA 2021

Apa yang dilakukan Miller jelas penting, karena tidak ada yang bisa menjamin bahwa posisi Bagnaia akan tanpa gangguan. Apalagi, Marc Marquez yang dalam beberapa seri terakhir terus mengganggu posisi Bagnaia terlihat mampu melakukan start dengan baik.

Tidak hanya Marquez yang berbahaya, Pol Espargaro dan lainnya juga punya potensi merebut "teritori" Bagnaia. Itulah kenapa, Miller harus berjuang di belakang Bagnaia.

Sayangnya, ketika balapan masih menyisakan sekitar 22 putaran lagi, pembalap asal Australia itu malah terjatuh. Dugaan bahwa bannya masih belum bisa mencengkeram kuat ke aspal, namun kecepatan motornya sudah terlalu tinggi untuk melibas tikungan, membuat Miller harus meratapi kegagalannya membantu Bagnaia.

Selepas itu, posisi Bagnaia jelas tidak aman. Karena, Marc Marquez yang sedari awal menguntit duo Ducati, kini tinggal bertarung dengan Bagnaia.

Faktor pilihan ban yang sesuai untuk karakter ngegas sejak awal, membuat Marquez mampu menjaga jaraknya tetap dekat dengan Bagnaia. Bahkan, makin lama makin terlihat sangat dekat. Di setiap tikungan, Marquez selalu terlihat hampir akan menyalip Bagnaia.

Beruntung, Bagnaia tipe pembalap yang tahu cara melibas tikungan dengan baik bersama Ducati. Ini yang membuat upaya Marquez untuk menyalip Bagnaia masih menemui jalan buntu.

Bagnaia juga pada akhirnya patut bersyukur terhadap pilihan bannya, karena dengan ban Hard-Medium akan membuatnya punya daya tahan yang lebih baik daripada Marc Marquez yang memilih Medium-Soft. Ini terbukti setelah memasuki pertengahan balap, jarak antara Bagnaia dengan Marquez mulai melebar.

Pilihan ban kedua pembalap. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Pilihan ban kedua pembalap. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Saat posisi terdepan mulai kurang ada pertarungan yang seru untuk ditonton, kita pun disuguhkan dengan misi kebangkitan sang 90% calon juara dunia yang berjuang di belakang. Faktor cuaca yang cerah, tentu menjadi berkah bagi Quartararo yang punya kepercayaan diri lebih baik dibanding saat sesi latihan bebas dan kualifikasi.

Itu yang dia buktikan setelah perlahan-lahan mampu menyalip satu per satu pembalap di depannya. Sampai tidak terasa--bagi saya--Quartararo sudah berada di dekat rombongan yang dipimpin Aleix Espargaro.

Sebenarnya, ada yang menarik dari upaya Quartararo untuk terus mengejar pembalap di depannya, yaitu keberadaan Alex Rins. Seolah-olah, Quartararo mencari keuntungan dari kecepatan Rins yang terlihat bagus dan bisa merusak posisi pembalap di depan.

Itu juga terlihat ketika rombongan yang berisi Luca Marini (7), Franco Morbidelli (6), dan Espargaro (5) mulai bisa dipecah oleh Rins. Saat yang sama, Quartararo juga ikut mengambil alih posisi-posisi tersebut. Sampai kemudian, malah dia yang berhasil melepaskan diri dari rombongan tersebut di sisa lima putaran lagi.

Saat penonton terbawa keseruan dari upaya 'survive' dari Quartararo yang berhasil menempati posisi kelima, posisi Bagnaia masih tergolong aman, karena Marquez "hanya" berupaya mengikuti Bagnaia tanpa ada upaya menempel ketat seperti sebelumnya. Saya pun berpikir bahwa Bagnaia akan berpeluang besar menjadi pemenang lagi di Sirkuit Marco Simoncelli.

Namun, hanya beda sepersekian detik, petaka buruk bagi Bagnaia dan Ducati pun terjadi. Di titik yang sama dengan insiden yang dialami Jack Miller, Pecco Bagnaia terjatuh. Komentator pun langsung mengucapkan dua kata yang tentu tidak ingin didengar pendukung Ducati dan Bagnaia, yaitu "Game Over!"

Memang, kecelakaan Bagnaia langsung membuat jarak poinnya dengan Quartararo lebih dari 60 poin. Padahal, seri balap MotoGP hanya tinggal dua seri lagi, yaitu Algarve (7/11) dan Valencia (14/11). Otomatis, Quartararo juara dunia!

Tikungan angker bagi Miller dan Bagnaia. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Tikungan angker bagi Miller dan Bagnaia. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Menariknya, Quartararo juga bisa menyentuh podium ketiga di putaran terakhir. Ini membuat saya seperti melihat contoh bahwa "usaha keras tidak akan mengkhianati hasil".

Start dari posisi ke-15, berhasil memperbaiki posisi, kemudian bisa menjadi juara dunia, dan akan merayakannya di podium ketiga bersama pembalap lain. Lengkap!

Namun, ternyata harapan melihat Quartararo ada di podium bersama pembalap lain, sirna. Enea Bastianini yang entah bagaimana caranya, bisa membuat kisah manis tentang perjuangan Quartararo di seri ini "dicoreng" oleh kerja yang tak kalah keras dari Bastianini.

Setelah hampir jatuh, Quartararo hampir menyeruduk Bastianini. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Setelah hampir jatuh, Quartararo hampir menyeruduk Bastianini. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Akhirnya, seri San Marino jilid dua dimenangkan oleh Marc Marquez. Disusul oleh rekan setimnya, Pol Espargaro. Kemudian, Enea Bastianini kembali menyamai torehannya di jilid pertama, yaitu podium ketiga.

Marc Marquez makin menunjukkan tajinya untuk persiapan musim depan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Marc Marquez makin menunjukkan tajinya untuk persiapan musim depan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Setelah drama yang penuh ketegangan berakhir, kini kita bisa menyaksikan drama keharuan menyelimuti langit sirkuit. Ini dikarenakan, Valentino Rossi yang akan pensiun di akhir musim ini, mendapatkan perayaan perpisahan dari seluruh penggemarnya di tribun.

Seri ini memang menjadi seri 'Italia' terakhir untuk karier Rossi di MotoGP. Maka, tidak heran jika warna kuning menghiasi sirkuit, bahkan sejak balapan berlangsung. Ini bisa dilihat dari perubahan warna seragam balap dan motor Luca Marini yang serba kuning, dan dihiasi tulisan "Grazie Vale!"

Rossi dan Marini melakukan farewell spesial Italia. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Rossi dan Marini melakukan farewell spesial Italia. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Kemudian, saya melihat bahwa seri ini sangat menarik, karena pembalap Yamaha berhasil juara dunia di Italia, dan saat Valentino Rossi--yang identik dengan Yamaha--mengakhiri seri Italianya di MotoGP. Perpisahannya dengan penggemar di Italia juga terasa spesial, karena Rossi juga bisa finis ke-10, yang membuatnya masih bisa meraih cukup banyak poin di kandang dan di depan penggemarnya.

Artinya, drama seru Emilia Romagna menjadi bagian dari kisah yang menarik bagi Yamaha, karena segala catatan bagus ada di sini. Juara dunia yang diraih Quartararo juga diiringi dengan pencapaian semua pembalap Yamaha yang berhasil meraup poin.

Quartararo yang finis ke-4, meraih 13 poin. Disusul Valentino Rossi yang finis ke-10 dengan enam poin. Andrea Dovizioso yang merupakan rekan setim Rossi, meraih tiga poin setelah finis ke-13. Franco Morbidelli yang sebenarnya mampu mengawali balapan dengan baik harus puas finis ke-14 dengan raihan dua poin.

Hasil ini jelas lebih baik dari Ducati yang sebenarnya terselamatkan oleh tiga pembalap satelitnya, yaitu Bastianini, Zarco, dan Marini. Mereka juga diuntungkan oleh faktor jumlah pembalap yang lebih banyak dari semua pesaingnya, yang rata-rata hanya punya dua atau empat pembalap dalam satu tim konstruktor.

Seandainya, Ducati hanya punya empat pembalap, yaitu dua pembalap Ducati Lenovo dan dua pembalap Pramac Racing, maka mereka hanya memeroleh 11 poin dari hasil finis kelima oleh Johann Zarco.

Artinya, ini membuat perebutan juara dunia belum berhenti. Yamaha sudah mengamankan juara dunia pembalap, namun mereka masih punya harapan merengkuh dua gelar juara dunia lainnya lewat tim konstruktor dan tim balap.

Tim konstruktor adalah tim yang berdasarkan pasokan mesinnya. Mereka adalah Ducati (307 poin), Yamaha (295 poin), Suzuki (207 poin), Honda (198 poin), KTM (190 poin), dan Aprilia (114 poin). Patokan perolehan poin ada di posisi terbaik yang diraih pembalap dengan mesin tersebut. Misalnya, Marc Marquez finis pertama, maka poin terbaik Honda berasal dari Marquez (25 poin).

Kemudian, tim balap adalah tim yang seperti tim Monster Energy Yamaha MotoGP, Ducati Lenovo, Repsol Honda, dan seterusnya. Di sini, patokannya adalah seluruh pembalap dari tim tersebut yang berhasil mencetak poin. Seperti Fabio Quartararo yang finis ke-4 dan Franco Morbidelli yang finis ke-14, maka tim Monster Energy Yamaha mendapatkan 15 poin di seri ini, berbanding nol poin dari Ducati Lenovo.

Itulah kenapa nasib buruk yang menimpa Ducati di seri ini tidak hanya karena gagal mempertahankan asa juara dunia pembalap. Mereka bisa saja juga gagal meraih juara dunia di tim konstruktor ataupun tim balap di akhir musim.

Memang, masih ada dua seri lagi yang segalanya masih bisa terjadi untuk Ducati. Faktor Quartararo yang sudah juara dunia, maka mungkin dia akan sedikit lebih santai, sedangkan duo Ducati tentu berupaya keras menjegal misi 'triple crown' Yamaha musim ini.

Jadi, selamat menantikan drama selanjutnya di Algarve dan Valencia.

Rivalitas di trek dan sportivitas pasca-balap berjalan seiringan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Rivalitas di trek dan sportivitas pasca-balap berjalan seiringan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Malang, 24 Oktober 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Kompas.com 1, Kompas.com 2, Kompas.com 3.
Baca juga: Mario Aji Debut di Moto3 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun