Namun, hanya beda sepersekian detik, petaka buruk bagi Bagnaia dan Ducati pun terjadi. Di titik yang sama dengan insiden yang dialami Jack Miller, Pecco Bagnaia terjatuh. Komentator pun langsung mengucapkan dua kata yang tentu tidak ingin didengar pendukung Ducati dan Bagnaia, yaitu "Game Over!"
Memang, kecelakaan Bagnaia langsung membuat jarak poinnya dengan Quartararo lebih dari 60 poin. Padahal, seri balap MotoGP hanya tinggal dua seri lagi, yaitu Algarve (7/11) dan Valencia (14/11). Otomatis, Quartararo juara dunia!
Menariknya, Quartararo juga bisa menyentuh podium ketiga di putaran terakhir. Ini membuat saya seperti melihat contoh bahwa "usaha keras tidak akan mengkhianati hasil".
Start dari posisi ke-15, berhasil memperbaiki posisi, kemudian bisa menjadi juara dunia, dan akan merayakannya di podium ketiga bersama pembalap lain. Lengkap!
Namun, ternyata harapan melihat Quartararo ada di podium bersama pembalap lain, sirna. Enea Bastianini yang entah bagaimana caranya, bisa membuat kisah manis tentang perjuangan Quartararo di seri ini "dicoreng" oleh kerja yang tak kalah keras dari Bastianini.
Akhirnya, seri San Marino jilid dua dimenangkan oleh Marc Marquez. Disusul oleh rekan setimnya, Pol Espargaro. Kemudian, Enea Bastianini kembali menyamai torehannya di jilid pertama, yaitu podium ketiga.
Setelah drama yang penuh ketegangan berakhir, kini kita bisa menyaksikan drama keharuan menyelimuti langit sirkuit. Ini dikarenakan, Valentino Rossi yang akan pensiun di akhir musim ini, mendapatkan perayaan perpisahan dari seluruh penggemarnya di tribun.
Seri ini memang menjadi seri 'Italia' terakhir untuk karier Rossi di MotoGP. Maka, tidak heran jika warna kuning menghiasi sirkuit, bahkan sejak balapan berlangsung. Ini bisa dilihat dari perubahan warna seragam balap dan motor Luca Marini yang serba kuning, dan dihiasi tulisan "Grazie Vale!"