Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Dampak Mario Aji Debut di Moto3 2021

23 Oktober 2021   17:18 Diperbarui: 24 Oktober 2021   10:25 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mario Aji dipuji banyak pihak karena teknik menikungnya yang lebih rapi dari rival seumurnya. Sumber: via id.motorsport.com

Sejak 2008, pembalap motor Indonesia sudah ada yang membalap reguler di arena Grand Prix dunia, yaitu Doni Tata Pradita. Dia berkompetisi di kelas 250cc.

Lalu, pada musim 2013, Doni Tata kembali ke kelas intermediate namun dengan regulasi dan level motor yang berbeda, yaitu Moto2. Tidak hanya DoTa, Indonesia juga diwakili oleh Rafid Topan Sucipto.

Namun, pembalap Indonesia mulai lebih rutin dipercaya untuk tampil di ajang Grand Prix sejak 2017. Dimulai dari kiprah Dimas Ekky Pratama yang pernah wildcard pada 2017 dan 2018.

Setelah itu, Dimas mendapat kepercayaan tampil semusim penuh bersama Astra Honda Racing Team--seinduk dengan Idemitsu Honda Team Asia--di musim 2019. Sayangnya, performanya kurang impresif dan harus diganti oleh Andi Farid Izdihar pada musim 2020.

Namun setelah semusim, Andi Gilang--sapaan akrabnya--harus diturunkan ke Moto3 dengan tetap di bawah naungan tim yang sama. Meski begitu, nasibnya terlihat lebih mujur, karena masih berada di Grand Prix, sedangkan Dimas akhirnya harus membalap di FIM CEV Moto2.

Apa yang dialami Andi sebenarnya dianggap tepat oleh mantan pembalap MotoGP, Hiroshi Aoyama. Menurutnya, menurunkan Andi ke Moto3 akan lebih baik untuk membuat pembalap bisa membangun mentalitasnya dari level yang paling memungkinkan untuk mencapai target minimal, yaitu bertarung di zona poin.

Mario Aji sedang melakoni latihan bebas di seri Emilia Romagna 2021. Sumber: via id.motorsport.com
Mario Aji sedang melakoni latihan bebas di seri Emilia Romagna 2021. Sumber: via id.motorsport.com

Selain itu, Andi masih beruntung berada di naungan Honda, yang masih mau memberikan kesempatan kepada pembalap Indonesia untuk bertarung di Grand Prix. Hal ini yang kemudian dirasakan oleh pembalap Indonesia selanjutnya, yaitu Mario Suryo Aji.

Meskipun masih berusia 17 tahun, namanya kian hari kian sering terdengar, terutama di kalangan penikmat balap motor dunia. Ini tidak lepas dari kiprahnya di FIM CEV Moto3 dan Red Bull Rookies Cup.

Terutama, di CEV Moto3, Mario Aji terlihat punya potensi bagus, karena dapat bertarung di zona papan atas di tiap balapan musim ini. Sekalipun belum pernah menjejak podium, Mario Aji mulai diperhitungkan.

Ada satu hal yang menarik dan khas dari Mario Aji, yaitu gaya menikungnya yang terlihat lebih presisi dibanding pembalap lain. Ini yang kemudian sering diperbincangkan oleh komentator saat balapan.

Mario Aji dipuji banyak pihak karena teknik menikungnya yang lebih rapi dari rival seumurnya. Sumber: via id.motorsport.com
Mario Aji dipuji banyak pihak karena teknik menikungnya yang lebih rapi dari rival seumurnya. Sumber: via id.motorsport.com

Sampai kemudian, ada harapan bahwa dengan gaya balap yang sudah terlihat dewasa itu, bisa saja Mario Aji mendapatkan kesempatan untuk berlaga di Moto3. Dan, ternyata harapan itu terwujud menjelang musim ini berakhir.

Meski hanya wildcard, ini adalah kesempatan yang luar biasa bagi Mario Aji untuk berlaga di tempat yang sebenarnya mulai terlihat ideal untuknya. Karena, secara kapasitas mesin, Moto3 dan CEV Moto3, sama-sama berstandar 250cc.

Hanya saja, secara kualitas, Moto3 lebih banyak diisi pembalap yang lebih berpengalaman dibanding CEV Moto3. Pembalap Moto3 pun hanya fokus bertarung di ajang tersebut, tidak seperti pembalap CEV Moto3 yang bisa membalap di ajang lain seperti Mario Aji dan juara musim ini, Daniel Holgado.

Lalu, apa dampak dari debut Mario Aji di Moto3?

Mario Aji akan melakoni dua seri dari tiga seri terakhir Moto3 musim ini. Sumber: Gold and Goose/Motorsport.com
Mario Aji akan melakoni dua seri dari tiga seri terakhir Moto3 musim ini. Sumber: Gold and Goose/Motorsport.com

Dampak bagusnya, Mario punya kesempatan untuk mengenal cara membalap yang berbeda meskipun masih dengan kapasitas mesin yang sama. Ini bisa membuat Mario punya pengetahuan baru yang bisa saja digunakan untuk bertarung di CEV Moto3.

Selain itu, kedatangan Mario dapat membuat Andi terdorong untuk meningkatkan kualitas balapnya. Karena, bisa saja dirinya akan disingkirkan oleh Mario Aji, jika tidak kunjung dapat memberikan poin kepada tim.

Jika merujuk pada sistem yang dijalankan Honda Team Asia selama tiga musim terakhir, mereka fokus mengisi skuad dengan satu pembalap asal Jepang dan satu pembalap asal Asia Tenggara. Maka, komposisi pembalap bisa berubah-ubah terutama untuk slot Asia Tenggara.

Sebagai penggemar asal Indonesia, tentu kita berharap slot pembalap Asia Tenggara di Honda Team Asia dapat terus diisi oleh pembalap asal Indonesia. Soal siapa, itu urusan tim tersebut.

Lalu, dampak buruknya adalah ekspektasi besar akan mengitari kiprah Mario Aji di dua balapan debutnya di Moto3 musim ini. Seperti yang diketahui, bahwa Mario Aji mendapatkan wildcard di seri Emilia Romagna (24/10), San Marino, dan seri Algarve (7/11), Portugal.

Jika Mario bisa memberikan penampilan impresif sebagai pembalap wildcard dan debutan, bisa saja akan banyak masyarakat Indonesia mengharapkan Mario Aji segera berkompetisi di Moto3 musim depan (2022). Apakah itu bagus?

Sebagai prestise bagi masyarakat Indonesia, itu bagus. Tetapi, bagi pembalap, terutama Mario, bisa saja itu belum bagus.

Sebagian besar pembalap hebat akan berupaya kompetitif di kelas yang masih menjadi standar kualitasnya. Seperti Raul Fernandez yang ingin juara terlebih dahulu di Moto3 (musim lalu), baru promosi ke Moto2.

Hal itu juga terlihat di musim ini, ketika dia mulai terlihat berambisi untuk meraih gelar juara dunia Moto2 musim ini, sebelum naik ke MotoGP musim depan bersama Remy Gardner. Jika seorang pembalap pernah juara dunia, atau minimal nyaris juara dunia, mental dan pengalamannya akan lebih baik.

Itu yang juga ditekankan oleh Marc Marquez kepada adiknya, Alex Marquez. Alex baru bisa naik ke MotoGP setelah juara dunia Moto2 pada 2019. Itu yang juga dialami pembalap hebat seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo.

Rossi naik dari 125cc ke 250cc dengan modal juara dunia. Kemudian naik ke MotoGP--eranya dulu GP500, juga dengan juara dunia. Langkah yang kemudian diikuti Marc Marquez sebelum tampil di MotoGP 2013.

Lorenzo naik ke MotoGP pada 2008, juga dengan juara dunia dua kali di kelas 250cc. Bahkan, seorang Tito Rabat saja harus juara dunia Moto2 dulu, baru naik ke MotoGP, meski dia sebenarnya bisa saja membeli satu jok di tim MotoGP tanpa titel juara dunia.

Artinya, pembalap yang ingin naik kelas sebaiknya memulainya dari pencapaian terbaik di kelas sebelumnya. Jika tidak begitu, akan sulit bagi pembalap untuk membangun dan mengelola mentalitasnya di tingkat yang lebih sulit. Karena, dirinya tidak pernah punya kesempatan untuk mengukur kualitas dirinya sendiri.

Tahap semacam itu yang seharusnya dipunya Mario Aji. Memang, dia punya potensi besar, apalagi jika dibandingkan dengan sesama pembalap asal Indonesia, dia terlihat punya alur karier yang lebih terstruktur.

Contoh sederhananya bisa dilihat dari usia. Mario Aji saat ini baru 17 tahun--lahir 16 Maret 2004, maka dia bisa berkompetisi dari dasar di Eropa. Sangat berbeda dengan pembalap Indonesia lain yang baru terlihat berpotensi bagus di usia menjelang atau sudah 20 tahun.

Patokan usia memang sangat krusial. Karena, ketika mereka (dinilai) gagal bersaing di Grand Prix, maka mereka sulit untuk bersaing di ajang di bawahnya, seperti CEV, apalagi Red Bull Rookies Cup. Tidak mungkin.

Itulah kenapa, ajang yang kemudian menjadi "pelarian" adalah Superbike. Dan, biasanya, pembalap yang sudah membalap di Superbike sulit untuk pentas lagi di Grand Prix, apalagi kelas MotoGP.

Itu bisa dibuktikan dengan pengalaman pembalap World Superbike (WSBK), Scott Redding. Dia mengaku gagal kembali ke MotoGP, saat dirinya sedang memasuki musim terakhirnya di tim Ducati Aruba.it, musim ini.

Saat dia ingin bernegosiasi dengan tim-tim yang ada di MotoGP, dia ditolak karena faktor umur. Hal semacam ini seharusnya bisa kita pelajari dan tentu menjadi pengingat bagi kita dalam mendukung karier balap Mario Aji, agar tidak terlalu terburu-buru dalam memasang ekspektasi tinggi.

Mumpung dia masih muda dan masih sangat pantas untuk bertarung di ajang junior, seharusnya di sanalah dia harus menunjukkan terlebih dahulu kualitas terbaiknya.

Maka dari itu, kesempatan debut di Moto3 musim ini sebaiknya menjadi modal Mario Aji untuk tampil makin kuat di CEV Moto3 2022. Bahkan, dia harus bertahan di sana setidaknya sampai 2023, atau naik ke kelas CEV Moto2.

Artinya, kita bisa mengukur progres Mario selama dua musim tersebut. Pada musim 2022, Mario diharapkan konsisten bertarung di 10-5 besar, karena sebenarnya dia punya kualitas untuk itu. 

Kemudian, pada musim 2023, Mario diharapkan bisa konsisten bertarung memperebutkan juara di akhir musim. Kalau ternyata malah promosi ke CEV Moto2 pada musim 2023, harapannya dia tidak terlambat beradaptasi.

Meski begitu, bertahan di CEV Moto3 lalu mungkin bisa juara, itu malah bisa menjadi opsi terbaik. Karena dengan begitu, Mario pasti akan melangkah ke Moto3 di musim selanjutnya. Ini seperti yang dialami Daniel Holgado musim ini, yang juara di CEV Moto3 dan Red Bull Rookies Cup, lalu akan bertarung di Moto3, musim depan.

Daniel Holgado juga tampil sebagai wildcard di Moto3 seri Emilia Romagna. Sumber: via Motogp.com
Daniel Holgado juga tampil sebagai wildcard di Moto3 seri Emilia Romagna. Sumber: via Motogp.com

Soal Mario Aji akan dianggap terlambat masuk Moto3--faktor usia, itu akan termaafkan kalau Mario masuk ke Moto3 sebagai juara CEV Moto3. Karena, yang akan menjadi standar bagi calon timnya adalah mereka kedatangan sosok pemenang dan juara.

Artinya, tim itu akan punya pembalap yang bermental bagus dan punya pondasi pengalaman yang cukup untuk meningkatkan kualitas ke level selanjutnya. Inilah yang sebenarnya diharapkan kepada Mario Aji ke depan pasca debut di Moto3, musim ini.

Jadi, harapannya debut Mario Aji di Moto3 musim ini tidak membuat dirinya malah terbebani dengan ekspektasi yang terlalu tinggi dari masyarakat Indonesia. Kita memang perlu mendukung Mario dengan suka-cita, tetapi seharusnya tidak terkesan mendorong Mario ke sungai yang dalam jika ternyata Mario belum bisa berenang.

Super Mario (64) siap bersenang-senang di debut wildcard Moto3. Sumber: MotoGP/via balapmotor.net
Super Mario (64) siap bersenang-senang di debut wildcard Moto3. Sumber: MotoGP/via balapmotor.net

Malang, 23 Oktober 2021

Deddy Husein S.

Tersemat: Tempo.co, Kompas.com 1, Gridoto.com, Sportfeat.bolasport.com, Kompas.com 2, Motorplus-online.com, id.motorsport.com.

Terkait: id.motorsport.com, Detik.com, TMCblog.com.

Baca juga: Menimbang Keputusan Maverick Vinales Absen di COTA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun