Sejauh yang saya tahu, itulah susunan terbaik selepas peralihan 2000-an ke 2010-an yang dimiliki Indonesia. Bahkan, sekarang sudah memasuki dekade 2020-an yang tentu akan ada regenerasi untuk bertarung penuh sampai sembilan tahun selanjutnya.
Artinya, kalau tidak sekarang, kapan lagi Indonesia bisa memulai kebangkitannya sebagai raja Piala Thomas?
Apakah harus menunggu China menemukan "Lin Dan"-nya? Kemudian, sampai Jepang menemukan generasi terbaik di ganda putra setelah Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Atau, malah menunggu Malaysia bangkit dari tidur panjangnya. Jangan!
Beruntungnya, Indonesia berhasil menjawab kesangsian dan tantangan dari masyarakat Indonesia lewat gelar juara Piala Thomas 2020. Ini juga menjadi momen yang menarik, karena mengalahkan China yang merupakan juara bertahan, dan berpesta di Denmark yang pada 2016 tim Thomas-nya menggagalkan Indonesia memupus dahaga gelar sejak 2002.
Pencapaian ini tidak hanya membuat saya mengapresiasi tim Thomas, tetapi juga kepada tim Uber Indonesia. Menurut saya, mereka bisa saja memberikan teladan kepada tim Thomas, bahwa di balik kekurangan kualitas dan determinasi, tim Uber Indonesia bertarung habis-habisan sekuatnya.
Maka, kenapa tidak, tim Thomas menunjukkan kualitas dan determinasi yang sebenarnya mereka punya secara merata. Inilah yang kemudian saya lihat di Thomas Indonesia, terutama di fase-fase genting. Mereka seperti bangun dari tidur tepat pada waktunya.
Jadi, terima kasih banyak, Tim Indonesia! Saya pasti akan mengingat pencapaian ini sebagai bagian dari pengalaman saya melihat perjuangan hebat bulu tangkis Indonesia.
Malang, 17 Oktober 2021
Deddy Husein S.