Akibatnya, cedera lutut bisa didapatkan. Ada yang sisi dalamnya yang cedera, ada yang sisi luarnya cedera, seperti yang dialami Lea.
Kerentanan lutut pada pebulu tangkis, membuat kita tidak jarang menemukan pemain yang bermain dengan keadaan plester tertempel di area sekitar lutut. Momen paling mencolok mungkin ada di ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari.
Keduanya kompak menggunakan plester di area sekitar lutut. Ini bisa membuat kita berpikir apakah karena area tersebut sedang mengalami cedera saat latihan atau di pertandingan sebelumnya.
Atau, itu adalah cara untuk membuat otak masih menyadari ada sesuatu pada area lutut. Biasanya, kalau kita menempelkan sesuatu pada tubuh kita, bagian terkecil dari pikiran kita ada yang tertuju pada tempelan tersebut.
Bahkan, tempelan iseng dari teman sekolah di punggung--yang berbalut seragam--bisa kita sadari meskipun saat si teman nakal menempelkannya, kita belum merasakannya. Apalagi, ini yang ditempelkan secara sadar dan di area kulit langsung.
Dengan begitu, bisa saja si pemain menjadi tahu cara untuk mendarat dengan tepat. Meskipun, di sisi lain, cara ini mungkin bisa membuat pemain menjadi kurang leluasa, karena pikirannya tidak seratus persen fokus ke permainan.
Lalu, adakah cara bagus untuk membuat pemain terhindar dari cedera lutut setelah melakukan lompatan smash?
Sebenarnya cara paling ideal untuk mendarat setelah melompat adalah mendaratkan kedua kaki dalam waktu yang (hampir) bersamaan. Tetapi, cara ini cukup sulit dilakukan pebulu tangkis.
Atlet yang paling mungkin melakukannya adalah pesepak bola, pevoli, dan pebasket. Bahkan, tidak jarang, pevoli dan pebasket juga bisa mengalami kesalahan dalam pendaratan. Kenapa?