Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

MotoGP Amerika 2021: Marc Marquez Raja COTA dan Misteri Podium Bagnaia

4 Oktober 2021   05:23 Diperbarui: 4 Oktober 2021   16:15 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MotoGP seri Amerika (4/10--dalam WIB) kembali digelar setelah absen pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Ini tentu menjadi balapan yang menarik, karena kita bisa melihat suasana berbeda setelah hampir sepanjang tahun 2021 hanya berkutat di Eropa.

Hanya Qatar yang bisa menggelar MotoGP seri non-Eropa musim ini, dan inilah yang membuat balapan di Circuit of The Americas (COTA) terasa menarik untuk ditonton. Selain itu, faktor statistik juga menunjukkan bahwa sirkuit ini identik dengan Marc Marquez.

Itu seperti Sachsenring yang juga identik dengan Marquez. Dan, keduanya juga punya satu kesamaan, yaitu sirkuit yang punya alur berlawanan arah jarum jam.

Prediksi pun mengarah ke Marc Marquez sebagai pemenang, sekalipun dia gagal meraih pole position di kualifikasi. Namun, dia berhasil start dari baris terdepan, yaitu posisi ketiga.

Bahkan, Fabio Quartararo juga menjagokan Marquez menjuarai COTA. Tentu saja begitu daripada yang menang adalah Francesco Bagnaia.

Menariknya, Bagnaia start dari posisi pertama yang kemudian menghadirkan tantangan bagi Quartararo untuk dapat melakukan start bagus agar tidak dapat dikalahkan lagi oleh Bagnaia seperti di Aragon dan San Misano. Apakah itu berhasil?

Baca juga: Pertarungan Sengit di GP Aragon 2021

Ternyata, apa yang dilakukan Quartararo selepas start bisa dikatakan bagus. Namun, Marquez berhasil melakukan start yang lebih bagus lagi. Ini yang membuat Marquez dapat memimpin balapan.

Awal balapan berjalan langsung sengit, karena hampir semua pembalap menggunakan ban tipe Hard-Soft (depan-belakang). Hanya ada tiga pembalap yang memilih ban berbeda.

Valentino Rossi dan Brad Binder menggunakan ban Hard-Medium. Jack Miller menggunakan ban Hard-Hard.

Pilihan ban Miller berbeda dari banyak pembalap lainnya. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Pilihan ban Miller berbeda dari banyak pembalap lainnya. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Siapakah yang bisa memperoleh hasil bagus dengan pilihan bannya?

Ternyata, penggunaan ban Hard-Soft bisa dikatakan sebagai pilihan yang tepat. Dengan catatan, pembalapnya punya strategi tepat, dan itu dilakukan oleh Marc Marquez.

Marc Marquez menggunakan ban Hard-Soft karena dia sudah menyiapkan rencana untuk cepat kabur. Ini persis dengan apa yang dia lakukan di Sachsenring.

Bedanya, kali ini, ada pembalap yang menyadari apa rencana Marquez, yaitu Quartararo. Dia pun berusaha keras untuk menjaga jarak antara dirinya dengan Marquez tetap dekat.

Hanya saja, usahanya terganggu oleh keberadaan Jorge Martin yang perlahan nan pasti mampu cepat menguasai keadaan antara ban dengan motor Ducatinya. Suatu pemandangan yang berbeda jika dibandingkan pembalap Ducati lainnya yang terlihat tidak langsung cepat di awal.

Itu bisa dikarenakan mereka ingin menghemat ban, atau karena mereka masih sulit mengontrol laju motornya terutama saat menikung di tikungan lambat. Di situ, motor Ducati terlihat sulit untuk masuk dengan cepat dibandingkan dengan motor-motor bermesin in-line-4 seperti Yamaha dan Suzuki.

Suzuki terutama dengan Alex Rins terlihat mampu menggusur pembalap-pembalap Ducati, seperti Jack Miller dan Francesco Bagnaia. Namun, Jorge Martin berhasil lolos dari hadangan Rins.

Ketika berhasil lolos dari Rins, Martin pun mengejar Quartararo. Inilah yang kemudian membuat Quartararo kehilangan waktu untuk merapatkan jarak dengan Marquez. Bahkan, dia sempat disalip oleh Martin di trek lurus.

Namun, saat memasuki tikungan, Quartararo berhasil mengambil alih kembali posisi keduanya. Dan, sejak itu Quartararo baru bisa menjaga posisinya sampai Martin mulai tercecer sendiri.

Sayangnya, ketika Quartararo sudah tidak lagi terganggu oleh Martin, jaraknya dengan Marquez makin melebar. Dari 1 detik, 2 detik, sampai kemudian menyentuh angka 4.4 di sisa dua putaran lagi.

Quartararo pembalap Yamaha yang bertarung sendirian di depan seperti era kejayaan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Quartararo pembalap Yamaha yang bertarung sendirian di depan seperti era kejayaan Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Meski begitu, jarak Quartararo dengan pembalap di belakangnya juga berada di kisaran 4 detik. Artinya, Quartararo aman dalam melakukan upaya finis di podium kedua. Perolehan 20 poin jelas sudah bagus untuk membantunya menjaga jarak dengan Bagnaia di klasemen sementara.

Kemudian, di belakang Quartararo perebutan jatah podium terakhir berhasil didapatkan Bagnaia yang baru mengerahkan kecepatannya di sisa delapan putaran. Tentu, itu tidak cukup untuk membuatnya mengejar pembalap terdepan.

Hanya saja, itu masih lebih baik daripada dia finis di belakang Rins, Martin, dan Miller. Nama terakhir malah finis di belakang Enea Bastianini dan Joan Mir setelah mengalami insiden di tikungan lambat yang melibatkan dirinya dengan Mir.

Kembali fokus di depan, Marc Marquez seolah-olah menunjukkan cara yang sama dengan apa yang dia lakukan di Jerman. Melakukan start bagus, bahkan lebih bagus dari di Sachsenring, kemudian melaju secara cepat dan cukup konsisten hingga akhir balapan.

Capaian Marc Marquez di COTA. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7
Capaian Marc Marquez di COTA. Sumber: Motogp/Transmedia/Trans7

Kemenangan ini sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai "The King of COTA" dengan raihan tujuh kali kemenangan. Tentu, ini pencapaian istimewa sekaligus mulai menggambarkan bahwa musim depan Marquez punya potensi besar untuk kembali dalam arena perebutan juara dunia.

Jika Marquez kembali di sana, dan jika musim ini Quartararo keluar sebagai juara dunia, maka Ducati akan kembali cemas. Inilah yang membuat mereka diprediksi akan berjuang keras di arena perebutan juara dunia musim ini lewat Bagnaia.

Di balapan ini pun tanda-tandanya mulai terlihat. Dari Jack Miller yang seperti membiarkan Bagnaia menyalipnya. Kemudian, Jorge Martin yang terlihat seperti kehilangan daya cengkeram ban lalu melebar, dan ternyata dia masih punya kecepatan yang sama dengan Bagnaia--setelah Bagnaia menyalip.

Meskipun sudah mulai terlihat ada indikasi 'team order', apa yang dialami para pembalap Ducati masih terlihat cukup alami. Karena, Miller pada akhirnya juga terus tercecer ke belakang, bahkan sampai harus disenggol Mir karena mungkin sudah mulai "mengantuk" saat memasuki tikungan di putaran terakhir.

Kemudian, Martin juga bisa saja memang sudah mulai kehilangan konsentrasi, atau memang daya cengkeram bannya sudah kritis sehingga membuat motornya susah dikendalikan. Ini ditambah dengan fakta, bahwa Bagnaia juga sudah sejak awal sengaja menghemat ban dan membuatnya baru bisa menyerang ke depan saat pembalap lain mulai mengalami degradasi ban.

Artinya, Bagnaia tetaplah pantas meraih podium ketiga dan tidak harus disebut telah mendapatkan hadiah dari rekan-rekannya sesama Ducati. Kalaupun memang begitu, apa yang terjadi pada Bagnaia bukanlah hal baru di Ducati.

Andrea Dovizioso pun pernah mendapatkan "hadiah" dari Jorge Lorenzo di MotoGP Sepang, Malaysia, 2017. Ini karena Dovi sedang untuk pertama kalinya dapat bersaing di zona perebutan juara dunia, dan Ducati tentu mengupayakan itu lewat cara teknik--motor memang kencang--dan nonteknik (team order).

Soal apakah itu adil, kita serahkan itu kepada mereka yang paham dengan aturan main di dunia balap terutama MotoGP. Sedangkan, kita cukup dengan menikmati serunya persaingan para pembalap, termasuk ketika kini mulai menyisakan beberapa seri lagi.

Seri selanjutnya adalah San Marino (Emilia Romagna) jilid kedua. Di sini kita akan kembali mengharapkan adanya pertarungan sengit antara Fabio Quartararo dengan Francesco Bagnaia. Keduanya punya kecepatan di sirkuit tersebut dan sudah terbukti di jilid pertama.

Tinggal, apakah hanya mereka berdua yang akan bertarung sengit di depan, atau ada pembalap lain yang bisa mengganggu dan/atau memanfaatkan momen pertarungan sengit itu untuk mendapatkan panggung. Bisa saja, Marc Marquez malah yang kembali menang, atau malah Enea Bastianini yang juara.

Siapa tahu?

Klasemen sementara saat ini. Sumber: Twitter.com/MotoGP
Klasemen sementara saat ini. Sumber: Twitter.com/MotoGP

Malang, 4 Oktober 2021
Deddy Husein S.

Yang ingin lihat posisi finis Rossi: Motogp.com

Tentang team order Ducati: Motorplus-online.com, CNNIndonesia.com, Motorsport.com 1, Motorsport.com 2, Kompas.com, Detik.com, Okezone.com.

Baca juga: Menimbang Keputusan Maverick Vinales Absen di GP Amerika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun