Tetapi, mencoba pasangan muda juga perlu. Ribka Sugiarto dan Siti Ramadhanti harus terus dipercaya memanggul beban besar.
Kalau harus menerobos ide di luar perkiraan, saya pikir mencoba duet Melati/Gloria di ganda putri bisa menjadi opsi mentok dalam menjaga faktor krusial, yaitu pengalaman.
Atau, Gloria dengan Apriyani. Gloria bagus dalam segi servis, sedangkan Apriyani bagus dari segi kecepatan dan mobilitas.
Kita juga bisa memanfaatkan postur tinggi Gloria untuk mengambil jatah 'smash'. Ini yang sedikit sulit terjadi ketika Gloria bermain dengan Hafiz.
Pemain setinggi Gloria (180-an cm) ditaruh di depan net, orang awam seperti saya pun sudah heran. Maka dari itu, sekalipun terkesan sangat eksperimental, tetapi kenapa tidak untuk dicoba?
Lagipula, Gloria masih berusia 28 tahun saat ini (28 Desember 1993). Secara hitung-hitungan kasar, dia masih bisa kompetitif sampai minimal 4 tahun ke depan.
Daripada pemain seperti Gloria terlihat "nganggur", karena terlihat sering diparkir dan tidak dikirim ke turnamen-turnamen besar. Kenapa tidak untuk merombak posisi bermainnya?
Lalu, bagaimana dengan tunggal putri?
Selain ganda putri yang rumit, alias susah bereksperimen, pada sektor tunggal putri juga begitu. Tetapi, dengan kondisi sedemikian rupa, kita bisa 'nothing to lose'.
Siapa pun yang dimainkan, biarkan saja dia memberikan apa yang dia bisa. Seperti Putri KW dan Ester Tri Wardoyo.
Siapa tahu, justru pemain-pemain yang masih semenjana di level senior ini malah bisa memberikan kejutan dan performa yang bagus.